Peternak Babi melakukan penyemprotan di kandang. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, memastikan penyebaran Virus Nipah tidak masuk ke Indonesia, termasuk Bali. Para peternak menilai penyebaran Virus Nipah sengaja diisukan agar mempengaruhi nilai jual daging babi di Indonesia.

Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa, saat dikonfirmasi Rabu (3/2), meminta peternak tidak resah dengan isu virus tersebut. Saat ini Indonesia masih aman dari adanya wabah tersebut. “Saya pribadi selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Hewan untuk mengupayakan dan melindungi peternak. Bahkan sedikit jika ada masalah kita langsung turun ke lokasi melakukan pengecekan,” katanya.

Baca juga:  Alifin Hidayat Dituntut 12 Tahun Penjara

Menurutnya, pihaknya akan melakukan pengecekan dengan sampel, sehingga para peternak tidak khawatir. “Saya kira untuk isu virus Nipah ini, yang baru katanya ada di dunia tidak usah dibesar-besarkan. Karena pada dasarnya kita jauh dari itu. Bahkan isu penyakit itu sudah lama dan sudah tidak kedengaran lagi,” jelasnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap meningkatkan dan mengedepankan biosecurity. Bahkan, dirinya berharap kepada peternak untuk jangan panik, lantaran isu virus tersebut tidak ada di Indonesia.

“GUPBI pun sudah sangat dekat kerjasamanya dengan kesehatan hewan di seluruh kabupaten maupun provinsi Bali. Sehingga jika ada masalah apa pasti kita kasi tau para peternak kita. Bahkan kami pun rutin melakukan edukasi kepada masyarakat peternak,” terangnya.

Baca juga:  H-2 Galungan, Harga Daging Babi Tak Tunjukkan Kenaikan

Terkait kekhawatiran para peternak untuk memelihara babi kembali, mengingat virus yang diduga ASF menyerang babi di Bali pada waktu tahun lalu, Hery Suyasa mengatakan peternak jangan terlalu panik. “Penerapan biosecurity bisa menjadi solusi saat ini,” ucapnya.

Dia mengakui, di Negara Vietnam sudah ditemukannya vaksin terkait virus tersebut, hanya saja sampai saat ini masih dalam proses uji coba. “Ini kan menjadi kabar baik bagi kita sebenarnya, karena Vietnam sudah menemukan vaksin tersebut. setidaknya ada harapan buat kita,” tegasnya.

Baca juga:  2017, Denpasar Zero Kasus Rabies

Untuk itu, pihaknya meminta penerapan biosecurity yang di peternak harus ketat seperti menjaga lalu lintas orang, memantau dan menjaga lalu lintas barang dan hewan. Sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam kandang. Bahkan sesekali pihaknya meminta untuk melakukan penyemprotan pembersihan kandang.

“Kandang-kandang kami harapkan menggunakan jaring. Kalau tidak jaring gunakan paranet anggrek agar tidak ada hewan yang masuk. Bahkan yang ke sana (kandang –red) hanya dilakukan oleh anak kandang,” pungkasnya.(Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *