DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus COVID-19 di Bali justru meningkat di saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan. Di tingkat nasional, kasus Covid-19 bahkan sudah mencapai angka satu juta lebih. Sangat berbahaya kalau tidak segera dikendalikan.
Pemerintah sebenarnya sudah bergerak dan banyak berbuat guna mengerem angka kasus COVID-19 melalui vaksinasi. Sekalipun masih dalam proses vaksinasi, hal itu dianggap oleh dr. Julius Daniel Tanasale, Sp.PD-KPTI, DTM&H, FINASEM. sebagai langkah menekan lonjakan kasus Covid-19.
Ia menyarankan jangan lagi ada penolakan pemberian vaksin karena tujuannya sangat mulia di mana negara menyelamatkan nyawa warganya. “Tunjukkan diri sebagai WNI yang baik, rela divaksin jika memenuhi persyaratan,’’ ujar Julius Daniel, Kamis (4/2).
Dokter penyakit dalam di RSU Puri Raharja ini menambahkan, negara sebenarnya bisa mengancam para penolak vaksinasi dengan tindakan pidana. Namun, langkah itu hanya menjadi solusi terakhir. “Saya setuju jika pemerintah lebih gencar mengampanyekan manfaat vaksinasi massal sehingga tak ada hoax dan penolakan. Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan informasi yang jelas dan benar,” katanya.
Mengantisipasi makin meningkatkanya kasus COVID-19, ia berharap rumah sakit swasta juga rela menambah ruangan isiloasinya dari 20 persen menjadi 40 persen. Ini semua demi pelayanan dan juga citra rumah sakit karena semua WNI berhak atas kehidupan yang layak termasuk pelayanan kesehatan.
Terkait dengan vaksinasi massal, kata dia, WHO memberi syarat minimal 70 persen warga tervaksin. Jika sekarang negara kita menggunakan vaksin Sinovac, para lansia yang berusia di atas 60 tahun termasuk kelompok yang tak disasar vaksin ini.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan juga mendatangkan vaksin Pfizer yang terbukti aman bagi para lansia. Para lansia ini juga harus diamankan dari virus ini jika kita ingin selamat semuanya, dengan syarat mereka di bawah kontrol dokter.
Hanya saja, vaksin asal Inggris ini memerlukan model penyimpanan dengan suhu minus 20-70 derajat Celcius. “Ini yang tampaknya sedikit kendala di Indonesia,” tegasnya.
Julius Daniel yang setiap hari melayani berbagai penyakit dalam para lansia mengungkapkan, keluarga lansia mesti disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes) 3M. Yakni, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak baik di rumah maupun di luar rumah. “Hanya dengan prokes yang ketat, kita bisa mengamankan para lansia. Dengan prokes yang ketat, bukan berarti kita memutus komunikasi dengan para panglingsir kita, sebaliknya bukti kita semakin peduli dengan para lansia,” tegasnya.
Menurut Julius Daniel, beberapa indikator yang dialami lansia yang mengarah ke COVID-19 kini semakin beragam. Mulai dari demam, batuk berulang-ulang hingga mengalami gangguan pada indra penciuman dan pengecapnya. Hanya saja tidak semua ciri-ciri orang terkena COVID-19 disadari secara langsung. (Sueca/balipost)