DENPASAR, BALIPOST.com – Seorang pelajar SMA, GNEP (16) tewas setelah tertusuk keris saat menarikan rangda dalam ritual napak pertiwi. Peristiwa ini terjadi di Sanggar Pekandelan Puri Agung Jro Kuta, Kamis (4/2) pagi.
Ditanya terkait kasus ini, Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan, Sabtu (6/2), menerangkan bahwa kasus ini masih didalami. Meski tidak adanya laporan dari pihak keluarga korban, namun ritual adat ini sampai merenggut korban nyawa.
Pihaknya kini masih mengumpulkan saksi-saksi dan diambil keterangannya, terkait kronologis peristiwanya. “Kalau secara hukum nasionalnya kita kan terjadi kasus meninggalnya orang. Tapi kembali lagi, nanti kita akan cek. Karena sampai saat ini keluarga korban tidak melaporkan. Tapi kita tetap mengambil langkah ke sana,” terang Kapolresta Denpasar.
Untuk proses hukum, Kapolresta menambahkan bahwa pihaknya akan berkonsultasi dengan tokoh-tokoh adat dan agama di Bali. “Proses hukum kita akan lihat, sejauh mana, kita akan konsultasikan ke tokoh adat, tokoh agama yang ada di Bali”, tutupnya.
Kasubbag Humas Polresta Denpasar Iptu Ketut Sukadi, sebelumnya mengatakan, awalnya kejadian ini tidak dilaporkan ke polisi. Namun kejadian didengar pihak kepolisian. “Anggota Polresta langsung menelusuri informasi itu dan membuat laporan. Kasus ini sedang ditangani Satreskrim. Informasi kejadian ini diduga di rumah pimpinan komunitas di Jalan Sutomo,” ujarnya.
Iptu Sukadi menambahkan, informasi dia peroleh, awalnya berkumpul sejumlah anggota komunitas tersebut. Saat prosesi usai, ada beberapa orang kerauhan. “Yang kerauhan itu dites dengan cara ditusuk keris,” ungkap Sukadi.
Sedangkan kata sumber, pukul 18.30 WITA, korban mengenakan pakaian rangda. Saat korban menari, tujuh orang berperan sebagai pepatih menusuk korban secara bergantian.
Beberapa menit berlangsung, tiba-tiba korban roboh seperti kesurupan. Setelah pakaianya dibuka ternyata dada sebelah kiri ada luka tusukan. Korban langsung dibawa ke rumah RSUD Wangaya tapi dinyatakan meninggal dunia.
Dikonfirmasi adanya upacara napak pertiwi yang mengakibatkan seorang pelajar tewas ini, Plt. Perbekel Desa Pemecutan Kaja, IB Putu Sudiartha, Jumat (5/2), mengatakan tidak ada laporan. “Di tengah pandemi Covid-19 dan PPKM di wilayah Desa Pemecutan Kaja, tidak ada laporan untuk penyelenggaraan upacara napak pertiwi itu,” katanya. (Eka Adhiyasa/balipost)