GIANYAR, BALIPOST.com – Dalam kondisi pandemi COVID-19, minim investor yang akan berpikir menginvestasikan dana untuk pembelian properti hotel. Semestinya pengusaha hotel memperbaiki tampilan properti untuk memudahkan menggaet wisatawan.
Kadisparda Gianyar AA. Gde Putrawan, Senin (8/2) mengatakan, Investor akan mempertimbangkan tingginya biaya operasional hotel saat pandemi COVID-19. Tingginya biaya listrik, dan air mesti ditanggung saat pandemi akan menjadi pertimbangan investor membeli properti saat minimnya kunjungan wisatawan. “Biaya operasional tidak mesti biaya karyawan hotel yang bekerja,” ucapnya.
AA. Putrawan menjelaskan, melihat kondisi COVID-19 yang belum ada kepastian kapan akan berakhir juga menjadi pertimbangan investor berpikir panjang berinvestasi di sektor perhotelan. Pengusaha Hotel yang ada semestinya bertahan dan memperbaiki tampilan hotel agar tidak terkesan usang atau hotel tua.
Dari data Dinas Pariwisata Gianyar, jumlah hotel di Kabupaten Gianyar mencapai 1.894 hotel. “Sampai saat ini belum ada laporan kalau ada hotel yang mau dijual,” tegasnya.
Dipaparkannya, hotel saat pandemi atau sebelum pandemi banyak menjual produk furniture atau produk elektronik ini untuk memperbaiki tampilan hotel. “Tampilan menarik, tentu akan mampu menarik banyak wisatawan,” jelasnya.
Menurutnya, untuk bertahan dalam pandemi, hotel bisa saja melakukan upaya pengurasan air kolam renang. Ini termasuk penghematan pemanfaatan listrik sesuai dengan ruang atau kamar yang terpakai.
Ia meyakini Pajak Hotel dan Restoran (PHR) hanya dikenakan kalau ada wisatawan. PHR ini merupakan titipan dari wisatawan. “Jika tidak ada tamu, tentu wisatawan hotel tidak bayar pajak, pemungutan pajak juga merupakan ranah BPKAD bukan dinas pariwisata,” jelasnya.
Putrawan menambahkan pembenahan tampilan hotel saat pandemi akan menambah daya tarik hotel. Dengan mengarap wisatawan domestik (wisdom) pengusaha hotel diharapkan mampu menyikapi penurunan pasar wisatawan mancanegara (wisman) di masa pandemi. (Wirnaya/balipost)