Jembatan bambu dibuat warga Subak Yeh Tangga, Desa Subaya untuk akses keluar. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Tiap musim hujan, warga di subak ini harus bergotong royong membuat jembatan bambu sebagai akses transportasi menuju wilayah luar. Bahkan dalam setahun warga harus membuat jembatan hingga tiga kali.

Warga Subak Yeh Tangga, Desa Subaya, Kintamani ini harus melakukan hal itu karena jembatan bambu yang ada sering hanyut terseret arus sungai saat hujan deras melanda wilayah setempat. Perbekel Subaya I Nyoman Diantara mengungkapkan wilayah Subak Yeh Tangga berada jauh dari pusat desa.

Ada sekitar 21 kepala keluarga yang tinggal di sana. Untuk menuju ke pusat desa warga harus menempuh jarak cukup jauh dengan cara jalan kaki melintasi hutan. Jaraknya mencapai 3 -4 kilometer.

Baca juga:  Bandara Ngurah Rai Mulai Alami Lonjakan Keberangkatan, Puncak Arus Balik Diprediksi Hari Ini

Karenanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan, warga lebih dekat ke wilayah Tejakula, Buleleng. Satu-satunya jalan bisa dilalui adalah jembatan bambu yang melintang di atas sungai.

Selama ini jembatan bambu buatan warga itu sering hilang terseret arus sungai yang meluap saat musim hujan. Akibatnya warga di Subak Yeh Tangga tak bisa kemana-mana.

Terakhir jembatan itu hanyut saat hujan deras melanda Jumat lalu. Aagar tidak terisolir, warga setempat kembali membuat jembatan bambu secara gotong royong. “Kemarin pas hari Minggu warga kami sudah buat jembatan lagi,” ujarnya.

Baca juga:  Bali Jadi Wilayah Terdampak, Waspadai Siklon Tropis Paddy

Pembuatan jembatan bambu dibantu pihak desa dengan memanfaatkan dana kebencanaan. Diantara tak bisa memastikan sampai kapan jembatan bambu yang baru dibuat itu akan bertahan.

Jika hujan deras lagi tak menutup kemungkinan akan kembali lenyap. Diantara mengaku pihaknya sebenarnya sudah sempat memohon kepada Pemkab Bangli agar dibuatkan jembatan permanen bagi warganya di Yeh Tangga. Terakhir usulan disampaikan 2015 lalu.

Di tahun 2016 pemkab Bangli sempat berencana memberikan bantuan dana dari program Gerbang Gita Shanti (GGS) untuk bangun jembatan. Namun hal itu tidak bisa direalisasikan.

Baca juga:  Karangan Bunga Penuhi Monumen Bom Bali

Kewenangan membangun jembatan di sana, kata Diantara ada di Pemerintah Provinsi. Di sisi lain dia juga menyebut karena lokasinya ada di daerah aliran sungai, kewenangan membuat jembatan ada di pemerintah pusat. “Kami sangat berharap Pemerintah Provinsi dapat memfasilitasi agar dapat dibangun jembatan permanen di Subak Yeh Tangga. Tiap tahun begini terus setiap musim hujan. Warga kami harus berulang kali membuat jembatan bambu,” kata Diantara. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *