Oleh Gusti Ayu Ratih Parinithi, S.Pd., M.Pd.
Kebijakan pembelajaran melalui metode daring merupakan sebuah manfaat yang sangat besar bagi siswa di era teknologi digital, sehingga dapat memberi hak-hak otonomi bagi siswa agar proses belajar tetap berjalan, meskipun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dalam menghadapi darurat pandemi Covid-19. Tak terkecuali menjadi tantangan tersendiri bagi saya selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Tabanan.
Pada masa pandemi ini, saya merasa terpanggil untuk melakukan inovasi pembelajaran agar tercipta “kenyamanan” dalam kegiatan pembelajaran meskipun pembelajaran berlangsung dari rumah. Menurut saya, sistem pembelajaran seperti di saat wabah Covid-19 ini sangat sesuai digunakan dalam dunia pendidikan kita karena sesuai dengan tujuan utama kurikulum 2013 yaitu, sekarang ini dilakukan Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning), sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013.
Permendikbud itu juga menyebutkan adanya pola-pola pembelajaran yang perlu diubah, antara lain pola pembelajaran satu arah (interaksi antara guru dan siswa pada model pembelajaran konvensional) perlu diubah menjadi pembelajaran interaktif seperti yang diharapkan dapat terwujud dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring dengan pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini tentu akan berdampak pada perubahan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari.
Dalam prosesnya, kegiatan pembelajaran biasanya saya awali dengan mengajak siswa melakukan absensi via aplikasi google classroom. Kemudian dalam interaksi, aplikasi zoom dan google meet adalah sarana yang sering digunakan. Kemudian kembali ketika proses pengerjaan tugas, mereka biasanya mengumpulkan tugas via google classroom dan WhatsApp.
Dengan belajar dari rumah, tentunya fungsi pengawasan dari guru berkurang. Beberapa anak mungkin kerap mencuri kesempatan melakukan kegiatan lain, sehingga tidak fokus mengerjakan tugas. Hal yang lumrah ketika anak bosan dan tergoda bermain ketimbang mengerjakan tugas sekolah. Dalam kasus ini, saya biasanya melakukan kolaborasi dengan orang tua siswa untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat agar si anak tidak lupa mengerjakan tugas.
Hampir semua guru dan juga termasuk saya bependapat bahwa proses belajar online menguras tenaga para guru. Guru harus menyiapkan banyak energi, karena harus belajar berbagai program belajar online, menyiapkan kuota, serta kesulitan mengoreksi hasil tugas yang terkadang hasilnya tidak maksimal. Oleh karena itu, saya harus menyiapkan cara tersendiri sebagai amunisi saya meningkatkan semangat belajar siswa.
Pada awal penerapan pembelajaran dari rumah, saya merasa kebingungan dengan berbagai aplikasi pembelajaran yang ada. Ada kekhawatiran yang muncul pada diri saya tentang bagaimana respon siswa terhadap aplikasi yang akan saya gunakan.
Namun, kekhawatiran itu terpatahkan setelah saya melakukan komunikasi bersama siswa melalui aplikasi WA grup. Saya mencoba melakukan diskusi pada siswa tentang apa yang harus saya lakukan agar mereka “nyaman” belajar, karena bagi saya, kenyamanan adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran di tengah pandemi yang hingga kini belum ada solusi terbaik untuk memusnahkan virus ini dari muka bumi.
Salah satu solusi yang coba saya terapkan adalah dengan pengkolaborasikan aplikasi WA grup dengan google classroom. Pada awal pembelajaran saya melakukan siaran untuk mengajak siswa belajar menuju aplikasi google classroom. Saya meminta mereka mengirimkan emoticon (animasi wajah) yang mewakili perasaan mereka saat akan menerima pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perasaan mereka pada saat itu, sekaligus pemanasan untuk memancing siswa lain untuk hadir mengikuti pembelajaran. Setelah ada respon, saya mengunggah materi di google classroom yang nantinya siswa melakukan literasi terlebih dahulu. Seusai mereka literasi, saya mengajak siswa untuk menguji pemahaman mereka akan konsep yang telah dibaca melalui tugas.
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas tersebut adalah 1 minggu.Tentu ini toleransi waktu yang cukup bagi siswa yang memiliki alasan terbatas kuota dan signal.Hasil pembelajaran menunjukkan hasil yang cukup baik. Siswa yang aktif dengan segera dapat mengunggah tugas mereka.
Namun, mereka yang terbiasa menyontek, mengalami hambatan dalam mengerjakan tugas sehingga tampak ada beberapa siswa yang tidak mengunggah tugas sama sekali. Banyak hikmah yang dapat dipetik melalui pembelajaran jarak jauh ini dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan ruang belajar yang nyaman meskipun dari rumah. Anak dapat ditugasi membuat jurnal harian kegiatan di rumah yang produktif.
Penulis guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Tabanan