DENPASAR, BALIPOST.com – Donor plasma konvalesen merupakan salah satu cara menyembuhkan pasien COVID-19, tapi jumlahnya masih sedikit. Pasalnya donor darah konvalensen ini spesifik karena ada persyaratan khusus. Oleh karena itu Korem 163/Wira Satya gencar melaksanakan donor plasma konvalesen.
Danrem 163/Wira Satya Brigjen TNI Husein Sagaf di sela-sela donor plasma konvalesen dalam rangka HUT ke-60 Korem, Kamis (11/2) menyampaikan, kegiatan donor ini keempat kalinya. “Kami memotivasi agar terus memberikan sumbangan plasmanya karena dibutuhkan sekali oleh rekan-rekan sakit (COVID-19). Konvalensen ini agak spesifik karena harus perlu persyaratan khusus. Sampai hari ini baru delapan orang memenuhi persyaratan,” ujarnya.
Karena sulit mendapatkan pendonor plasma, Danrem mengharapkan banyak yang bersedia mengikuti donor darah ini. “Tapi nanti akan diperiksa dulu kemampuan atau kadar antibodinya. Kegiatan hari ini ada dari anggota TNI, Polri, PLN, FKPPI dan masyarakat mau memberikan plasmanya. Harapan semakin banyak mau berikan,” ucapnya Brigjen Husein Sagaf.
Aksi Sosial ini merupakan bagian Bali Bangkit. Kegiatan aksi sosial ini dihadiri oleh Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati Wakil Gubernur Provinsi Bali, Brigjend TNI Husein Sagaf Komandan Resor Militer 163, pimpinan cabang Bank BRI Denpasar, CEO Pelindo dan seluruh Pimpinan serta prajurit TNI Korem 163/Wirastya.
Kepala KPw Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho mengatakan, kegiatan kemanusiaan donor darah ini menjadi salah satu bentuk upaya Bank Indonesia untuk selalu mendukung penanganan COVID-19 di berbagai sektor sosial ekonomi dalam rangka mempercepat Bali Bangkit yang bebas COVID. Ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup dan memadai bagi masyarakat menjadi salah satu kebutuhan krusial, terutama di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini dan donor plasma konvalesen oleh penyintas COVID-19 menjadi kebutuhan untuk penyembuhan COVID-19.
Ketua Unit Transfusi Darah PMI Provinsi Bali, dr. I Gede Wiryana Patra Jaya mengatakan, kesadaran penyintas COVID-19 dalam mendonorkan plasma konvalesen sejatinya meningkat. Namun kebutuhan plasma konvalesen belum dapat terpenuhi. “Keluarga pasien kami gerakkan untuk mencari donor pengganti plasma konvalesen. Kondisi itu telah dimaklumi oleh keluarga pasien, sehingga sebagian sudah mulai bergerak mencari pendonor pengganti,” tegasnya.
Dia mengatakan, keterbatasan plasma konvalesen disebabkan beberapa faktor, diantaranya informasi tersiar soal donor plasma konvalesen belum utuh. Sebab masih banyak penyintas COVID-19 yang takut imunitasnya menurun setelah mendonorkan plasma konvalesen.
“Padahal itu tidak benar. Sebab kami mengambilnya dengan perhitungan,” ujar Parta.
Penyebab lain adalah jarak tempuh untuk menjalani donor. Contohnya, ketika penyintas asal Karangasem yang ingin donor, maka dia harus ke Denpasar. Menyikapi masalah jarak tadi, PMI Provinsi Bali telah bekerja sama dengan pihak swasta agar mesin apheresis (metode pengambilan darah) bisa menjangkau daerah-daerah.
Penyebab lain adalah screening yang ketat. Seorang penyintas yang dapat mendonorkan konvalesen harus memenuhi standar.
Salah satunya memastikan titer antibodi memenuhi standar. Namun tak jarang penyintas yang diperiksa ternyata titer antibodinya di bawah standar. Kalau terhadap mereka tetap didonor, kualitas plasma konvalesennya juga rendah. (Kerta Negara/balipost)