DENPASAR, BALIPOST.com – Tindak kriminal yang dilakukan oknum dengan atribut ojek online (ojol) belakangan marak. Kondisi ini meresahkan para driver ojol di Bali.
Khawatir berdampak pada turunnya kepercayaan masyarakat, para driver pun diminta untuk menjaga atribut ojol yang mereka miliki saat ini. Seperti diungkapkan Ketua Komunitas Gojek Bali Satu (GBS) Budi Arsono.
Ia menceritakan beberapa waktu lalu terjadi kasus pencurian di SPBU Pelabuhan Benoa. Dalam rekaman kamera pengintai (CCTV) terlihat pelaku menggunakan jaket ojol.
“Pelaku bukan ojol, tapi pakai jaket ojol yang lama. Ini teman-teman resah banget. Di situasi sekarang dimana orderan sepi, masyarakat jadi parno liat orang pakai atribut ojol,” ujar pria yang akrab disapa Budi Banteng, Selasa (9/2), dalam rilisnya.
Menurut Budi, kejadian tersebut bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan profesi ojol. Sebab rasa aman dan kepercayaan yang selama ini telah dibangun harus rusak oleh oknum tidak bertanggung jawab.
“Ini meresahkan. Bisa berdampak pada orderan. Kita hidup dari kepercayaan masyarakat. Kalau masyarakat tidak percaya dan merasa takut, ya orderan bisa hilang,” ujarnya.
Untuk memastikan rasa aman bagi masyarakat, lanjut Budi, para driver diminta disiplin melapor dan menunjukkan aplikasi ojol ke petugas keamanan setempat jika ingin masuk ke wilayah tertentu. “Syukurnya, setiap kami masuk perumahan untuk minta izin, lalu tunjukan aplikasi, kami selalu dikasih jalan sama petugas keamanan di perumahan atau calang setempat,” katanya.
Mitra driver ojol dan masyarakat juga diminta saling menjaga. Jika mendapati orang yang mencurigakan menggunakan atribut ojol, jangan segan untuk memintanya menunjukkan aplikasi. “Kalau ada yang mencurigakan minta dia tunjukkan aplikasinya atau di foto diam-diam motornya, lalu lapor ke Satgas Gojek/Grab biar ditindaklanjuti,” katanya.
Tidak hanya itu, para driver ojol juga diminta untuk tidak menjual bebas atau memberikan atribut ojol ke sembarang orang. Sebab atribut ojol saat ini banyak dimanfaatkan oknum untuk mendapat akses bebas keluar masuk ke tempat-tempat tertentu.
“Saya lihat di medsos banyak yang memperjualbelikan atribut karena sudah putus mitra atau sudah punya kerjaan lain,” katanya.
Budi mengimbau para driver yang sudah berhenti dapat menjual atributnya ke driver yang masih aktif atau diberikan kepada ketua komunitas ojol. Pada helm dan jaket Gojek yang baru terdapat barcode berisi identitas driver sehingga berisiko jika diserahkan ke orang yang tidak bertanggung jawab. “Diberikan saja ke ketua atau ke driver yang bisa dipercaya. Kalau ada teman di komunitas yang berhenti, saya minta (atributnya) saya beli dengan harga teman, lalu saya simpan untuk menghindari penyalahgunaan,” papar Budi. (kmb/balipost)