SEMARAPURA, BALIPOST.com – Cerita di balik tumbangnya pohon pule keramat berusia ratusan tahun di Setra Desa Akah ini, masih menjadi buah bibir di Bumi Serombotan. Bukan hanya karena minimnya dampak yang ditimbulkan, juga mengenai pertanda buruk yang bakal terjadi.
Konon, menurut tokoh masyarakat setempat, peristiwa buruk pada pohon pule keramat ini sebagai pertanda akan ada banyak kematian di Bali.
Tokoh masyarakat setempat Made Kasta, Jumat (12/2) mengatakan di sekitar Pemuhunan Setra Desa Adat Akah, Kecamatan Klungkung ini, ada sekitar lima pohon pule besar serupa. Semuanya memiliki cerita mistis tersendiri, sesuai pengalaman warga sekitar.
Anehnya, semuanya tumbuh besar “nempel” dengan pohon beringin. “Dulu salah satu pohon pule yang di sebelah timur pemuhun ini pernah terbakar tanpa sebab. Itu dianggap sangat aneh. Setelah minta petunjuk niskala, diminta membuatkan Palinggih Gedong Betel,” kata Made Kasta.
Sementara pohon pule yang tumbang sekarang, persis yang tumbuh di sebelah selatan Pemuhunan. Kasta sendiri melihat kejadian ini juga tak kalah aneh. Sebab, palinggihnya masih utuh, Bale Pesandekan di sekitarnya juga terhindar dari kerusakan parah. Tumbangnya pun menjelang “jegjeg surya”, bertepatan dengan Tilem Sasih Kewulu, dimana banyak ada upacara adat/agama besar di Bali.
Maka, sejak pohon pule sakral ini roboh, masyarakat setempat berdoa, semoga tidak terjadi peristiwa buruk di Bali. “Biasanya (kalau pohon pule keramat roboh) dulu sebagai bertanda banyak terjadi kematian. Pihak desa adat masih menunggu petunjuk niskala lebih lanjut. Nanti sebagai penanganan awal secara niskala, juga akan digelar upacara pecaruan di sekitar pohon pule ini,” kata Made Kasta yang juga dikenal sebagai penekun spiritual di Desa Akah.
Kasta enggan mengkaitkan kejadian ini dengan situasi yang dialami saat di Bali, dalam menghadapi pandemi COVID-19. Dimana, sudah cukup banyak krama Bali menjadi korban meninggal dan belum ada tanda pandemi akan berakhir.
Sebagai tokoh masyarakat setempat, sekaligus sebagai Wakil Bupati Klungkung, ia mengajak masyarakat Klungkung senantiasa berdoa, agar seluruh masyarakat Bali dihindarkan dari “gering agung” ini. Ia juga tidak henti-hentinya meminta masyarakat untuk selalu mematuhi arahan pemerintah daerah.
Sementara di lokasi, mengingat besarnya pohon pule ini, penanganannya belum dapat diselesaikan dalam sehari Kamis (11/2). Penanganannya bersama petugas BPBD dan masyarakat setempat kembali dilanjutkan Jumat (12/2), agar areal di sekitarnya dapat dibersihkan. Sementara mengenai kerusakan di sekitarnya, nanti akan dilakukan perbaikan lebih lanjut. (Bagiarta/balipost)