DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa hari belakangan ini curah hujan dengan intensitas tinggi tidak terjadi di sejumlah wilayah Bali. Kendati demikian, bukan berarti cuaca ekstrem hidrometeorologi telah berhenti.
Apalagi, puncak musim hujan masih diprediksi terjadi hingga akhir Februari, bahkan Maret 2021. Berdasarkan kondisi tersebut, kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan.
Analisis BMKG menunjukkan bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Bali. Hal ini disebabkan oleh monsun Asia yang masih mendominasi wilayah Indonesia dan diperkuat oleh aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin di sebagian wilayah Indonesia.
Selain itu, adanya pusat tekanan rendah di wilayah utara Indonesia dan di Australia bagian utara dapat mempengaruhi pola arah dan kecepatan angin, sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan. Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di Bali, dan sejumlah daerah di Indonesia.
Potensi pertumbuhan Awan Cumulonimbus (Cb) di wilayah udara Indonesia dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL/Occasional) untuk periode tanggal 15-21 Februari 2021 juga terjadi di wilayah Bali.
“Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin,” tegas Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, M.Si., dalam siaran persnya, Selasa (16/2). (Winatha/balipost)