SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dinas Pendidikan Klungkung terus bergerak mempersiapkan diri untuk mempersiapkan penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Agenda verifikasi sekolah-sekolah dalam kesiapannya menerapkan prokes dan persyaratan lainnya, terus dipantau Kepala Dinas Pendidikan, sebagaimana arahan Bupati Klungkung Nyoman Suwirta.
Meski sebagian besar sekolah sudah siap dengan penerapan prokes, namun tercatat masih ada sekitar 500 orangtua siswa yang belum setuju dengan PTM. Kepala Dinas Pendidikan Klungkung Ketut Sujana, Kamis (18/2) nampak mengecek satu per satu kesiapan sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan, seandainya nanti diambil keputusan pembelajaran dilakukan dengan sistem tatap muka.
Salah satunya di SDN 1 Dawan. Pada kesempatan itu, Sujana menyampaikan bahwa Tim Verifikasi Dinas Pendidikan sudah menyelesaikan pekerjaannya, melakukan verifikasi kesiapan sekolah dalam penerapkan prokes.
Proses verfikasi dilakukan secara faktual dan manual. Proses verifikasi juga dilakukan pihak Kemendikbud secara virtual. Tercatat, masih ada lima sekolah yang belum valid.
“Jadi masih ada lima SD yang masih harus segera digarap sampai tiga hari ke depan. Kendalanya hanya masalah jaringan, sebagai salah satu persyaratannya. Kelima sekolah dasar itu, ada di wilayah kepulauan Nusa Penida,” tegasnya.
Secara faktual, mayoritas di Klungkung Daratan dan Nusa Penida, sudah dilengkapi seluruh persyaratanya, termasuk sarana prokes sebagai SOP yang harus ada di sekolah. Demikian pula, MoU dengan Dinas Kesehatan, dalam hal ini setiap puskemas terdekat, untuk penanganan awal. Jadi, pihaknya memastikan akan segera menuntaskan kelima sekolah yang masih terlihat belum siap. Setelah itu, tinggal menunggu petunjuk dari Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, yang sekaligus sebagai Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Klungkung.
“Kewenangan membuka PTM itu ada di bapak bupati, sebagai ketua satgas covid kabupaten. Kami hanya mempersiapkannya di satuan pendidikan, khususnya tingkat TK, SD dan SMP ini. Mekanismenya, nanti on-off. Misalnya di kelas 1, ada 15 orang siswa, setengah ke sekolah, setengah dari rumah, untuk mengurangi kerumunan,” jelas Sujana.
Terkait dengan adanya sekitar 500 orang, para orangtua siswa yang belum mengizinkan anak-anaknya sekolah tatap muka, pihaknya masih menunggu perkembangan lebih lanjut. Sikap demikian dinilai wajar, karena besarnya kekhawatiran mereka, terhadap keselamatan anak-anak saat berada di sekolah. Mereka mayoritas dari kalangan dokter dan perawat.
Terlebih, saat ini penyebaran COVID-19 masih mengganas di Bali. Selain itu, juga ada sekitar 300 orangtua siswa yang menyatakan masih ragu-ragu. Ini sekitar hanya satu persen dari seluruh total orangtua siswa di seluruh jenjang pendidikan, baik TK, SD dan SMP.
“Kami turun seperti ini, sekalian juga untuk mengecek kondisi sekolah, menjaga kebersihannya, pertanamannya, hingga toiletnya. Kadang-kadang karena ada kesibukan, ada yang mengabaikannya. Apalagi kami punya pimpinan sangat konsen terhadap kebersihan. Sekolah rusak juga sudah didata. Genteng pecah, plafon rusak, sudah diantisipasi 2021 ini segera diperbaiki,” tutup Sujana. (Bagiarta/Balipost)