Seorang warga berada di parkiran RSD Mangusada, Badung. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Jumlah penderita COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada akhir-akhir ini cukup tinggi. Rumah sakit plat merah itu cukup kewalahan menangani pasien lantaran keterbatasan ruangan.

Karena itu, keberadaan gedung baru diharapkan segera beroperasi. Direktur RSD Mangusada, dr Ketut Japa, belum lama ini mengatakan beberapa ruangan yang biasanya digunakan untuk perawatan pasien umum, sementara telah dialihfungsikan untuk pasien COVID-19. Di antaranya ruang Oleg dan Janger.

“Salah satunya ruang paviliun yang selama ini untuk pasien berbayar, bisa saja akan dialihfungsikan untuk perawatan pasien COVID-19. Sebab sejauh ini, sebagian tenaganya juga sudah ditugaskan untuk menangani pasien COVID-19. Ini karena keterbatasan sumber daya manusia,” katanya.

Baca juga:  Penyebaran COVID-19 Masih Tinggi, Dua Desa di Badung Ini Dapat Atensi Polres

Menurutnya, jika nanti gedung baru dapat difungsikan, maka pasien non-COVID akan ditempatkan di sana. Sebab, pasien non-COVID yang semestinya bisa dirawat di RSD Mangusada, tak dapat kamar, sehingga beberapa pasien pun diarahkan agar berobat di rumah sakit lainnya.
“Jika nantinya air, AC, sama IPAL-nya bisa berfungsi, itu kita lebih lega. Kami punya ruangan yang bagus untuk pelayanan non-COVID. Sekarang ini masalahnya pasien noncovid dulu tidak bermasalah, sekarang tidak dapat kamar, karena ruangannya kita gunakan untuk pasien COVID,” jelasnya.

Baca juga:  Penderita COVID-19 Varian Afsel Meninggal Dunia dari Badung, Ini Kata Kadiskes Soal Penelusuran

Terkait rencana pengoperasian gedung baru, khususnya Gedung D, Japa belum bisa memastikan. Sebab, menunggu instruksi Pemkab Badung. “Kami berharap Agustus atau September itu Gedung D itu kami fungsikan untuk Lantai IV ruang rawat inap, Lantai III untuk ruang intensif, Lantai II untuk poliklinik, Lantai I untuk OK sama poliklinik,” jelasnya.

Dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berbasis mikro yang salah satunya menukik ke desa adat, desa, dan kelurahan, diharapkan kasus COVID-19 bisa ditekan lebih optimal. “Sebenarnya vaksin yang paling bagus itu kan masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Karena itu sebenarnya vaksin yang tak ada efek sampingnya,” tegasnya. (Parwata/balipost)

Baca juga:  Sikapi UU P2SK, Perbarindo Gelar Seminar Nasional dan Rakernas
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *