Perajin sedang menenun kain endek. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Surat Edaran Gubernur Bali No.4 tahun 2021 tentang penggunaan endek diyakini akan memberikan multiflier efek yang luas bagi perekonomian Bali. Tidak hanya berdampak langsung bagi perajin endek dan pelaku UMKM yang menjual endek tapi juga terhadap makro ekonomi.

Akademisi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha,Rabu (17/2), mengungkapkan SE tersebut merupakan langkah strategis dalam rangka memperluas produksi dan pemasaran sektor industri dan perdagangan pakaian, khususnya endek, baik di dalam maupun di luar negeri. Langkah ini perlu ditindaklanjuti oleh kabupaten karena masing-masing kabupaten di Bali memiliki corak dan gaya endek yang berbeda-beda.

Pengaturan penggunaan endek di Denpasar telah diterapkan sebelumnya, hingga seragam sekolah anak-anak pun menggunakan endek. Bahkan berbagai kegiatan terkait endek dilaksanakan.

Geliat ekonomi dalam bidang busana dan kerajinan endek di Denpasar mulai tumbuh subur. “Denpasar sudah lama memang memberikan bukti penggunaan endek dan sangat membantu produsen untuk meningkatkan volume usaha, kualitas produk dan diversifikasi produk, misalnya sudah ada dasi dari endek bahkan masker endek,” ucapnya.

Sementara di tingkat Provinsi, kini juga berupaya melakukan langkah serupa untuk salah satunya menangani dampak keparahan ekonomi akibat pandemi, dengan menguatkan kecintaan akan produk lokal Bali. Langkah ini sangat tepat karena secara makro akan mampu menggerakkan komponen konsumsi pemerintah, swasta dan rumah tangga. “Dampaknya secara makro ekonomis adalah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari IKM dan perdagangan pakaian jadi. Multiflier efect-nya terhadap sektor yang lain tentu banyak, misalnya dari sisi konsumsi, belanja pemerintah (karena banyak kostum ditanggung kantor) dll,” jelasnya.

Baca juga:  Pemakaian Endek Direspon Positif Pengusaha Tenun

Perajin endek dari Klungkung AA. Gede Agung Adnya Prasta (25) saat ditemui di Pameran Bali Bangkit mengatakan, SE Gubernur Bali akan sangat membantu perajin endek karena permintaan akan kain endek akan meningkat. Memang ada kekhawatiran, permintaan endek yang tinggi akan menjadi peluang oknum untuk menyediakan kain endek tiruan dengan harga yang lebih murah, sehingga penjualan kain tenun endek turun.

Namun kekhawatiran tersebut tidak terlalu mengganggunya karena peminat endek tiruan (print) dinilai kurang.

Perancang busana Ketut Adi Pranajaya juga berpikiran sama. SE Gubernur Bali sangat membantu UMKM khususnya para perajin endek Bali. “Kita juga bisa bikin inovasi desain dan ada ruang promosi kain endek Bali,” ujarnya.

Pelaku usaha UMKM yang lain Dewa Ayu Nyoman Lely Susanthi mengatakan imbauan pemakaian endek akan semakin memperluas pasarnya dan semakin memberinya ruang untuk berinovasi.

Dari Karangasem dilaporkan bahwa akibat pandemi covid-19 membuat para perajin endek Sidemen mengeluh. Pasalnya, sejak pandemi mereka kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinannya.

Tak hanya itu, bahkan perajin nyaris tak memproduksi endek akibat tidak mampu membayar ongkos pekerja akibat tak ada yang membeli kerajinan yang dibuat. Perajin endek asal Desa Tri Eka Bhuana, Sidemen, Ni Nengah Suarini, mengungkapkan, semenjak pandemi melanda, perajin sangat kesulitan untuk menjual hasil endek yang dibuat.

Baca juga:  Semarapura Fashion Day, Bangkitkan Kejayaan Kain Tenun

Bahkan saat normal, endek bisa dijual ke Denpasar dan Kuta Badung. Menurutnya, bila pemerintah benar-benar ingin untuk menjaga dan memberdayakan UMKM, maka seharusnya di situasi seperti sekarang ini ikut membantu di dalam pemasaran. Dengan begitu, para perajin tetap bisa memproduksi endek. “Jangan sampai kelompok perajin endek bubar akibat situasi ini,” tegasnya.

Lewat SE ini, Suarini berharap pemerintah benar-benar melindungi para perajin endek lokal. Caranya, kebijakan yang dibuat harus dibarengi dengan perhatian kepada perajin yang ada di bawah. “Jika memang benar-benar ingin melestarikan kerajinan lokal, maka Pemerintah Provinsi bisa melarang adanya endek dari luar yang masuk ke Bali. Karena selama ini serbuan endek luar masuk ke Bali. Dan harganya jauh lebih murah ketimbang harga yang dibuat perajin. Sebab, endek luar dibuat oleh mesin, sedangkan endek yang dihasilkan warga lokal masih dibuat dengan cara tradisional,” tegasnya.

Pengamat Kebudayaan yang juga Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Provinsi Bali, Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A., Kamis (18/2), mengungkapkan SE Gubernur Bali membuktikan keberpihakan Gubernur Bali, Wayan Koster terhadap pelestarian produk kebudayaan khas lokal Bali. Apalagi, kebijakan ini sejalan dengan arah dan strategi pembangunan kebudayaan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Baca juga:  Gubernur Tinjau Produksi Kain Endek Bali di Desa Sulang

Dikatakan, langkah Gubernur Bali dengan menerbitkan SE Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali merupakan langkah baik untuk pemajuan kebudayaan nasional. Sebab, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pemerintah daerah bersama masyarakat dan pengusahanya harus secara bersama-sama mengembangkan kebudayaan daerah untuk pemajuan kebudayaan nasional sehingga identitas daerah dan nasional semakin kuat ke depannya. “Kami sangat bergembira dan mengapresiasi langkah Pak Gubernur yang menyampaikan kepada masyarakat bahwa pakaian tradisional kita, yaitu kain tenun endek Bali dipergunakan dan harus dilestarikan, karena kain tradisional ini merupakan salah satu indikator budaya Bali yang memang mengakar kuat dalam tradisi masyarakat kita yang berbasis kearifan lokal,”ujar Prof. Ardhana.

Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi-Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar ini, mengatakan dari aspek ekonomi imbauan penggunaan kain tenun endek Bali ini berdampak positif bagi pengusaha maupun pengerajin kain tenun endek Bali. Sebab, hasil kerjainan produk mereka semakin diminati, sehingga meningkatkan nilai jual.

Dengan demikian kesejahteraan dan kemakmuran pengerajin nyata dirasakan. Tidak hanya pengerajin, maanfaatnya juga diraskan oleh petani penghasil bahan mentah kain tenun endek Bali. Sebab, kain tenun endek Bali terbuat dari pohon-pohon dan kemiri sebagai warna alami Endek. (Citta Maya/Eka Parananda/Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *