DENPASAR, BALIPOST.com – Mulai Jumat (19/2), karantina terintegrasi yang dilakukan di hotel dan dibiayai pusat untuk orang tanpa gejala-gejala ringan (OTG-GR) COVID-19 dihentikan sementara. Sekretaris Satgas COVID-19 Bali, Made Rentin, menyebutkan para OTG-GR akan kembali melakukan isolasi mandiri di rumah.
Ahli Virologi FKH Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika menegaskan, penerapan karantina mandiri tidak efektif. Karena, mereka yang dikarantina belum bisa dipercaya.
Ia berharap pengawasan harus diperketat. Selain pengawasan ini, kegiatan tracing dan testing juga harus diperbanyak. Seperti di China per hari sampai 2 juta testing. Sementara untuk di Indonesia baru 50 ribu per hari.
“Untuk itu, agar bisa memenangkan COVID-19 ini 3T yakni tracing, testing dan treatment atau ULI (uji, lacak, isolasi) benar-benar dilakukan. Kalau sudah benar-benar dilakukan, baru kita tahu dimana musuh atau virus sebenarnya. Kalau testingnya sedikit, kita tidak pernah tahu virusnya ada dimana dan siapa yang membawa virus ini,” ujarnya.
Di Indonesia, lanjutnya, testing dan tracing masih sangat rendah. “Bahkan juga karantina mandiri yang tidak bisa dipercaya karena banyak yang dikarantina malah ke luar rumah,” ujarnya.
Bali dengan target 70 persen populasinya tervaksin akan mampu memutus mata rantai penyebaran COVID-19. “Ini sudah layak sekali 70 persennya. Walaupun ada orang dari luar yang datang, tetap transmisi virus ini sudah terputus. Sehingga ini disebut dengan kekebalan kelompok (herd immunity),” terangnya. (Yudi Karnaedi/balipost)