DENPASAR, BALIPOST.com – Candi Prambanan merupakan mahakarya yang bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia. AAGN Ari Dwipayana pun mengungkap tiga alasannya dalam webinar bertajuk “Candi Prambanan, Tempat Ibadah Hindu Nusantara dan Dunia,” Sabtu (20/2).
Pertama, Candi Prambanan menginspirasi Indonesia karena menunjukkan bahwa harmoni dalam perbedaan sudah dijalankan secara nyata di masa lalu. Di dalam kompleks candi terdapat bukan hanya candi Siwa, tetapi juga candi Brahma dan candi Wisnu.
Ini memperlihatkan penerimaan dan perhormatan pada Tri Murti. Hal ini sezaman dengan pertemuan Samuan Tiga yang terjadi di Bali, dimana Tri Murti diterima sebagai Kahyangan Tiga di Pakraman di Bali. Ini sebagai bentuk harmoni dalam keragaman dalam perjalanan agama Hindu di Jawa dan Bali.
Selain itu juga candi Prambanan berdampingan dengan Candi Sewu yang merupakan candi bercorak Buddha. “Identitas atau DNA bangsa Indonesia sejak masa lalu memang menganut konsep harmoni dalam keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika,” lanjut Ari Dwipayana dalam rilisnya.
Kedua, Candi Prambanan menjadi cermin kemajuan peradaban bangsa. Pembangunan Candi Prambanan menggunakan teknik bangunan dan arsitektural yang sangat maju dan rumit pada masanya.
Candi Siwa yang tingginya 48 meter adalah candi yang sangat tinggi pada masanya. Ini menunjukkan bahwa para maestro di masa lalu sudah menguasai teknologi untuk menghasilkan maha karya yang mengagumkan dan membanggakan bangsa.
Ketiga, Candi Prambanan juga menjadi sumber pembelajaran bangsa yang tidak pernah kering. Relief yang ada di Candi Prambanan menjabarkan pelajaran mengenai nilai-nilai ajaran keutamaan, seperti kisah Ramayana dan juga kisah tentang Kalpataru.
Karena itu, Ari Dwipayana mengajak melihat Candi Prambanan dalam bingkai yang lebih luas sehingga memberi kontribusi dan manfaat bagi bangsa. Lebih lanjut, Ari Dwipayana menekankan bahwa antara kepentingan pelestarian cagar budaya dengan pemanfaatan untuk ibadah dan ritual tidak perlu dikontraskan.
Karena dengan pemanfaatan candi untuk kepentingan agama dan ritual, Candi Prambanan akan diperlakukan dengan penuh respect, penghormatan dan pemuliaan, bukan merusak. Menurutnya, umat Hindu perlu diberi ruang yang lebih leluasa dalam pemanfaatan Candi Prambanan untuk kepentingan ibadah dan ritual.
Apalagi hal ini dimungkinkan oleh UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Untuk itu, diperlukan pengaturan, tata kelola, dan edukasi agar kepentingan agama dan pelestarian cagar budaya bisa terjaga.
Ia juga mengingatkan bahwa Candi Prambanan bisa menjadi sumber edukasi pembangunan karakter bangsa. Kedatangan pengunjung ke candi seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran mengenai nilai-nilai keutamaan bangsa.
Bahkan ia mengusulkan materi pembelajaran tentang candi di sekolah-sekolah harusnya lebih menekan soal nilai-nilai yang bisa diambil inspirasinya. Selain itu untuk bisa diterima generasi muda maka pengenalan tentang nilai-nilai utama dari candi seharusnya dilakukan dengan cara kekinian yang menarik perhatian kalangan milineal.
Terakhir, Ari Dwipayana menyampaikan bahwa Candi Prambanan bisa bermanfaat sebagai sumber kesejahteraan ekonomi bangsa dan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui pengembangan quality tourism yang lebih apresiasi pada budaya, sejarah (heritage) dan juga lingkungan.
Hal ini mendapatkan momentum dari tren baru dalam dunia pariwisata dunia yang menekankan wellness touriam dan quality tourism. Wisatawan lebih menekankan soal kesehatan, kualitas, pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh wisatawan dalam perjalanan wisatanya.
Dengan pengembangan pariwisata heritage, diharapkan agar memberikan nilai tambah pada masyarakat sekitar. Terutama membuka lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Webinar ini diselenggarakan atas kerja sama Dosen Hindu Indonesia, Ditjen Bimas Hindu Kemenag, PHDI, Prajaniti, ICHI, WHDI, KMHDI, Peradah Indonesia, PSN, dan Pandu Nusa. (kmb/balipost)