SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pemilik Tenun Ikat Astika asal Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung, Jro Mangku I Nyoman Dharma meluapkan rasa kebahagiaannya, setelah dikunjungi Gubernur Bali, Wayan Koster, secara mendadak, Minggu (21/2) kemarin. Kehadiran orang nomor satu di Pemprov Bali ini ke tempat pertenunan endek di Banjar Kanginan, Desa Sulang dilakukan seusai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Klungkung di Jalan By-pass Ida Bagus Mantra, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan.
Setibanya di lokasi Tenun Ikat Astika, Gubernur Bali yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini melihat sebagian besar ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di wewidangan Desa Adat Sulang memiliki skill sebagai penenun dengan menggunakan alat tenun tradisional (Alat Tenun Bukan Mesin/ATBM yang digerakan oleh manusia dalam posisi duduk, red). Mereka memanfaatkan warisan budaya Bali ini sebagai sumber utama pendapatan ekonomi yang bergerak di bidang industri tenun ikat tradisional Bali.
Di hadapan Gubernur Koster, Jro Mangku I Nyoman Dharma yang didampingi oleh anaknya, Ni Kadek Yadnyani menjelaskan, selama pandemi Covid-19 ini sebanyak 33 penenun yang masih aktif bekerja, dari 50 penenun yang ada di Tenun Ikat Astika. Para penenun ini sebagian besar membuat kain tenun endek Bali bermotif Saraswati, Ceplok, Sesapi, Cempaka, motif alam berupa Bun-bunan, dengan menggunakan bahan dasar benang sutra. “Mengenai harganya, di masa pandemi Covid-19 saya menurunkan harga kain tenun endek Bali ini dari Rp 200 ribu untuk satu kain yang berukuran 2,25 m x 105 cm, menjadi Rp 180 ribu. Sehingga dengan hadirnya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali, saya berharap makin banyak peminatnya. Namun dengan menjamurnya produksi endek Jawa di pasaran, saya memohon kepada seluruh pegawai pemerintahan agar memberikan contoh untuk membeli kain tenun endek Bali produksi orang lokal Bali agar bisa digunakan sebagai pakaian kerja,” ujar Ni Kadek Yadnyani yang meneruskan usaha tenun orangtuanya yang sudah dirintis sejak tahun 1988 dan berkembang di tahun 1994 silam.
Mendengar hal itu, Gubernur Bali asal Desa Sembiran Buleleng ini menyampaikan nada sepakat, bahwa keberadaan kain tenun endek Bali yang sudah terdaftar sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional di Kementerian Hukum dan HAM RI agar benar-benar dilestarikan. Apalagi, pemilik rumah mode kelas dunia asal Perancis, Christian Dior sudah memanfaatkan kain tenun endek Bali sebagai koleksi busana musim semi dan musim panas tahun 2021.
Cara melestarikannya, diawali oleh adanya gerakan gotong royong di masa pandemi Covid-19 ini yang dilakukan oleh instansi pemerintah pusat hingga daerah, pegawai pemerintahan, hingga perbankan yang mendapatkan gaji dan tunjangan bulanan agar membeli kain tenun endek Bali buatan orang lokal Bali sebagai pakaian/busana berbahan kain tenun endek Bali, dan digunakan pada setiap Selasa. “Sehingga, Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali benar-benar diimplementasikan, dan dampaknya akan dirasakan oleh para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dan UMKM yang bergerak di bidang industri tenun Bali, agar ekonominya bisa bangkit di masa pandemi Covid-19,” jelas mantan Anggota DPR-RI tiga periode ini sambil membeli kain tenun endek Bali produksi Tenun Ikat Astika Desa Sulang.
Setelah mengunjungi Tenun Ikat Astika Desa Sulang, Gubernur Bali jebolan ITB ini menuju Pasar Seni Semarapura yang berlokasi di Pusat Kerajaan Puri Agung Klungkung. Setibanya di lobi Pasar Seni Semarapura, Gubernur Koster disapa oleh seorang lansia, Jro Pudak yang sedang berjualan daun kelor. Tanpa berpikir lama, Wayan Koster langsung membeli daun kelor tersebut, karena sejak kecil ia sudah menggemari daun kelor sebagai bahan menu utama makanan sehari-harinya, dan dinilai sebagai salah satu dedaunan yang memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh.
Selanjutnya, Gubernur Koster yang didampingi Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta dan Sekda Klungkung, Gde Putu Winastra bergegas menuju Pasar Seni Klungkung Blok A. Lokasi pertama yang dikunjunginya Kios Bali Shanti Busana. Pemilik kios ini di hadapan Gubernur Bali menyebut semenjak Covid-19 masih sepi pembeli, dan dua hari baru dapat jualan.
Kemudian di Kios Loka Madya, Wayan Koster sempat membeli kain tenun endek Bali yang ditawarkan oleh pedagang, I Gusti Ayu Oka Rukmini. Dalam kesempatan tersebut, I Gusti Ayu Oka Rukmini mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Wayan Koster yang telah memperhatikan para pedagang kain tenun endek Bali, dan berharap pascakeluarnya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021, makin banyak pegawai pemerintahan yang berbelanja.
Di akhir kunjungannya, Gubernur Bali yang menciptakan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dengan Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru ini meluangkan waktunya untuk mendengar permasalahan yang dihadapi para pedagang kain tenun endek Bali selama pandemi Covid-19. Seperti di Kios Resni Nadi, dan Kios Fortunam, ia mendengar harga kain tenun endek Bali yang dijual di Pasar Seni Semarapura mengalami penurunan pembeli, meskipun harga kain tenun tersebut sudah diturunkan dari Rp 95 ribu per meter, menjadi Rp 75 ribu per meternya.
Mendengar informasi tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan, dirinya tidak henti-hentinya mengajak para pegawai pemerintahan untuk berbelanja kain tenun endek Bali yang diproduksi oleh orang lokal Bali, sebagai bentuk rasa empati kepada para pelaku IKM dan UMKM yang bergerak di bidang industri tenun Bali. (Winatha/balipost)