DENPASAR, BALIPOST.com – Maestro penari Bulan Trisna Djelantik (74) disebut meninggal dunia pada Rabu (24/2). Kabar duka itu beredar di WhatsApp dan media sosial.
Bulan Trisna meninggal karena sakit kanker Pankreas di RS Siloam Semanggi Jakarta. Almarhum lahir di Deventer Belanda pada 8 September 1947. Almarhum adalah cucu Raja Karangasem atau putra tertua dari Dr. dr. Anak Agung Made Jelantik.
Mendiang berprofesi sebagai dokter THT. Bulan Trisna merupakan maestro Tari Legong dan penari Bali Istana Presiden Bung Karno.
Sepupu Bulan Trisna, Cok Sawitri, membenarkan meninggalnya Maestro Tari Legong ini. Dikatakan, jenazahnya tidak akan dipulangkan ke Bali, namun dimakamkan di Pemakaman Jakarta. “Kami lagi bersedih. Jenazah gak akan dibawa ke Bali. Bulan akan dimakamkan, namun belum tahu dimakankan dimana. Soalnya situasi kayak gini (COVID-19-red),” ujar Cok Sawitri, Rabu (24/2).
Rektor ISI Denpasar, Prof. Sugiartha turut berduka cita atas kepergian Bulan Trisna. Dikatakan, Bulan Trisna adalah putri Bapak dr. AA Made Jelantik yang merupakan pemerhati budaya dan kesenian Bali.
Bulan Trisna pernah memimpin Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI). Sejak kecil sudah menjadi penari dan ketika remaja Penari Oleg berpasangan dengan I Made Bandem.
Kemudian dia menggeluti seni klasik, seperti legong keraton. Di rumahnya di Bandung, Bulan Trisna membuat sanggar tari Bali dan aktif melestarikan kesenian Bali.
Beberapa buku juga sudah pernah diterbitkan termasuk mengedit buku ayahnya yang terkenal tentang Estetika. “Jadi beliau dapat disebut tokoh dan pemerhati kesenian Bali. Beliau juga sosok yang penyayang dan selalu semangat berkarya,” ujarnya. (Winatha/balipost)