JAKARTA, BALIPOST.com – Sejak Selasa (23/2), potensi bibit siklon terdeteksi di perairan sebelah selatan Nusa Tenggara. Ini, diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berpotensi menyebabkan intensitas hujan lebat hingga ekstrem.
Ia mengatakan BMKG khawatir bibit siklon ini dapat berkembang dalam 24 jam dalam probabilitas menengah hingga tinggi menjadi siklon tropis yang bergerak ke arah Barat. Berdasarkan hasil analisis kondisi dinamika atmosfer pada Rabu pukul 13.00 WIB, dikutip dari Kantor Berita Antara, potensi bibit siklon tersebut telah berkembang menjadi bibit siklon tropis. Ini, terpantau di Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa dengan posisi 625 kilometer lepas pantai Jawa Timur.
Pantauan citra satelit cuaca selama enam jam terakhir menunjukkan terdapat aktivitas pertumbuhan awan hujan yang berdasarkan data model terlihat peningkatan kecepatan angin yang signifikan. “Kondisi bibit siklon tropis itu saat ini kecepatan pusaran 40 kilometer per jam dengan kecepatan pergerakan ke arah Barat atau Barat Daya 20 kilometer per jam,” tuturnya, Rabu (24/2).
Dalam 24 jam bibit siklon tersebut akan berkembang dengan kecepatan yang dapat mencapai lebih dari 80 kilometer per jam. “Hal itu perlu diwaspadai karena dapat berdampak secara tidak langsung mengakibatkan intensitas hujan lebat dan ekstrem hingga 150 milimeter per jam,” katanya.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bibit siklon tersebut saat ini berada pada koordinat 13,7 Lintang Selatan dan 116,3 Bujur Timur. Bibit siklon bergerak menuju Barat Daya menjauhi Pulau Jawa dan Sumatera, meskipun pergerakannya cukup membawa dampak.
“Tahapan bibit siklon biasanya berlangsung selama tujuh hari. Bibit siklon tersebut akan memasuki tahap matang pada Jumat (26/2) dan posisinya semakin menjauh. Tahap pelemahan diperkirakan terjadi pada awal Maret,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan ketika siklon tropis tumbuh di sebelah selatan, biasanya dampak tidak langsungnya justru terjadi ketika masih menjadi bibit siklon, yaitu pada saat sekarang ini.
“Ketika masih menjadi bibit, dampaknya justru terasa di Indonesia. Ketika sudah menjadi siklon, sudah menjauh dari wilayah Indonesia. Gerakannya cenderung ke Barat, Barat Daya dan Selatan hingga ke Australia bagian Barat,” katanya. (kmb/balipost)