IHSG
Ilustrasi. (BP/dok)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Surat Edaran Gubernur Bali No. 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Busana Tenun Endek Bali sudah diberlakukan. Namun, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, menilai SE saja tidak cukup dalam upaya menjaga kelestarian dan membangkitkan eksistensi penenun endek Bali.

Ia menilai, perlu ada kebijakan yang mempermudah para penenenun mengakses modal untuk berproduksi. Untuk itu, lembaga perbankan terutama yang milik daerah diminta turun tangan dalam memberikan suntikan modal bagi para penenun endek itu sendiri.

Politisi asal Desa/ Kecamatan Tejakula ini mengatakan, kebijakan penggunaan busana endek Bali ini adalah kebijakan strategis dan patut untuk didukung. Sejalan dengan kebijakan itu, diperlukan upaya strategis ke depan agar sentra-sentra tenun endek Bali yang sudah terancam punah karena persoalan pelik yang membelit usaha mereka bisa diatasi.

Baca juga:  Menangi Persaingan, Perbankan Harus Keluar dari Zona Nyaman

Seperti di Buleleng ada beberapa desa yang sebelumnya memiliki kelompok-kelompok penenun terkenal. Hanya saja, karena lemahnya modal yang dimiliki dan pemasaran yang hanya mengandalkan orang yang memesan, sentra-sentra tenun endek di Bali Utara di ambang kepunahan. “Saya sangat mendukung dan kebijakan mewajibkan pemakaian endek Bali ini sangat strategis menjadi titik awal dalam membangkitkan usaha tenun di daerah-daerah,” katanya, Rabu (24/2).

Baca juga:  Ekonomi Tumbuh Tertinggi se-Indonesia, Badung Masih Kantongi 17.010 Orang Miskin

Menurutnya, mengatasi permodalan itu, instansi teknis dituntut perannya untuk mendata dengan baik kelompok-kelompok penenun. Data ini penting untuk memastikan jumlah dan kondisi usaha yang terjadi.

Setelah mendata, pemerintah kemudian melakukan fasilitasi agar para penenun dapat mengakses modal untuk usaha mereka. Cara ini bisa dilakukan dengan melibatkan perbankan milik daerah. “Saya kira peran dinas terkait sekarang diharapkan untuk mendata dengan baik dan mengetahui kondisi pertenunan, kemudian perlu kebijakan dalam mempermudah akses modal ke perbankan milik daerah,” tegasnya.

Baca juga:  IIMS 2024, Perbankan Genjot Kredit lewat Kepemilikan Kendaraan

Tudak cukup dengan cara itu, kalangan kelompok penenun tidak boleh “manja” dalam melakoni usaha. Kreativitas dalam melahirkan, menggali dan mengembangkan motif endek Bali. Bahkan, ia menyarankan agar mengikuti tren busana kalangan milennial belakangan ini.

Selain itu, pengolahan endek tidak saja menjadi busana, namun perlu diciptakan produk berbahan endek, seperti tas dan aksesoris lainnya. “Dengan kaya motif dan pemanfaatan yang beragam, maka usaha tenun endek Bali akan bergairah. Kondisi ini akan membawa pada peningkatan kesejahteraan perekonomian penenun itu sendiri,” katanya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *