Kendaraan memasuki kawasan Geopark Batur, Kintamani. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 telah memukul hampir semua sektor usaha. Salah satunya restoran.

Di Kintamani banyak pengusaha restoran memilih menutup usahanya. Namun ada juga beberapa yang bertahan dengan mengalihfungsikan restorannya.

Penasehat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bangli I Ketut Putranata mengakui, Kamis (25/2), banyak restoran beralih jadi kedai kopi. Ia menyebutkan dari pengamatannya, usaha restoran yang beralih jadi kedai kopi ada belasan.

Di sisi lain, banyak juga kedai kopi yang dibangun baru. “Kalau di hitung-hitung kedai kopi di Kintamani saat ini lebih dari dua puluhan,” ungkapnya.

Baca juga:  Jelang Karya Danu Kertih, Ratusan ASN Ngayah Mareresik

Dalam melakukan alih fungsi dari restoran menjadi kedai kopi, kata Putranata, pengusaha mau tidak mau harus berinvestasi. Pengusaha harus menata ulang tempat usahanya dengan properti dan konsep menyesuaikan konsep kedai kopi.

Diakuinya minum kopi sambil menikmati pemandangan alam saat ini sedang menjadi trend. Pengunjung kedai kopi di Kintamani kebanyakan masyarakat lokal Bali.

Kunjungan biasanya ramai pada akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu. “Kita syukuri kopi ini sekarang lagi booming,” ujarnya.

Baca juga:  Disiapkan 8 Pos, E-Tiket akan Diberlakukan di DTW Kintamani

Namun demikian Putranata tak bisa memastikan berapa lama tren ngopi ini akan bertahan. Menurutnya, yang namanya tren pasti ada kurun waktunya.

Dirinya khawatir dengan semakin menjamurnya kedai kopi di Kintamani belakangan ini, terjadi ketidakseimbangan antara daya tampung dengan kunjungan dalam beberapa tahun kedepan. “Sekarang yang bangun kedai kopi kan banyak. Sementara kunjungan belum tentu makin banyak. Bener tidak nanti animo masyarakat Bali ngopi ke Kintamani stabil. Kan belum tentu,” ungkapnya.

Baca juga:  Dongkrak Kunjungan Wisman ASPPI Gelar Indonesia Travel Mart

Ia juga khawatir ketika situasi sudah mulai normal, waktu masyarakat untuk bersantai menjadi berkurang. Sehingga kunjungan ke kedai kopi juga menurun. Terutama weekday Senin-Jumat.

Jika itu terjadi maka dipastikan akan terjadi persaingan antar usaha. “Kalau sudah bersaing, maka di sana akan ada banting harga. Pelan-pelan pasti akan terjadi seperti itu,” ujar mantan Ketua PHRI Bangli itu.

Dirinya tetap berharap kunjungan ke Kintamani dapat tetap ramai. Bahkan lebih ramai dari sebelum-sebelumnya. Sehingga tidak sampai terjadi penutupan gelombang kedua. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *