DENPASAR, BALIPOST.com – Di masa pandemi, Bali darurat lapangan pekerjaan. Sebab, pandemi telah memukul sektor pariwisata yang telah mempekerjakan sekitar 1.285.000 orang di Bali.
Rinciannya, 300 ribu pekerja hotel dan restoran, 75 ribu pekerja di bidang transportasi, 360 ribu pekerja industri, dan 550 ribu pekerja di bidang perdagangan. Bisa diasumsikan, setidaknya 1,2 juta lebih orang di Bali dari 4,3 juta penduduk Bali yang membutuhkan pekerjaan.
Pengamat Ekonomi Nyoman Sender mengatakan, angka orang yang membutuhkan pekerjaan saat ini bisa saja lebih dari 1,2 juta jika yang statusnya masih bekerja saat ini, juga dihitung bekerja dari rumah dan penggiliran kerja, dengan kondisi pengurangan pendapatan. Mereka yang pekerjaan utamanya di bidang pariwisata, banyak yang beralih bekerja serabutan dan kondisi itu dihitung sebagai bekerja (tidak menganggur-red) oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Terjadi penurunan kualitas pekerjaan karena pekerjaan utamanya tidak lagi menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. “Orang-orang terpaksa kerja serabutan atau seadanya hanya untuk bertahan hidup. Seperti kembali ke pertanian dan berjualan secara musiman,” ujar Sender, Kamis (25/2).
Sender menambahkan, penghasilan mereka sudah pasti terdampak. Yakni, menurun drastis yang ujung-ujungnya berkaitan dengan daya beli yang turun drastis, sekedar hanya untuk pangan.
Dengan gambaran kondisi itu, Bali saat ini membutuhkan lapangan kerja yang luas. Sementara menunggu kebijakan pemimpin yang pro rakyat, kata dia, masyarakat juga harus kreatif dan lebih aktif menciptakan lapangan kerja.
Saat ini masyarakat tidak bisa pilih-pilih pekerjaan dan bermalas-malasan. “Semua harus kerja keras, kerja apa saja yang penting halal. Begitu juga pemerintah harus kerja keras, lebih kreatif menciptakan lapangan kerja dan sikap melayani masyarakat benar-benar diuji saat ini,” katanya.
Sender menegaskan, ASN yang selama ini terkesan bermalas-malasan dan kerja asal-asalan harus merubah sikap mental dan budaya kerjanya serta etos kerjanya harus ditingkatkan. “Para bupati dan wali kota harus mampu memacu aparatnya untuk melayani masyarakat lebih baik lagi dan jeli melihat peluang-peluang kerja untuk memacu pemulihan ekonomi daerah Bali,” tegasnya. (Citta Maya/balipost)