DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaku pariwisata di Bali mendapat angin segar ketika mendengar kabar Bali akan melakukan travel bubble dengan skema FCC (Free Covid Corridor) dengan 4 negara yaitu China, Korea Selatan, Singapura, dan Timur Tengah. Namun varian baru Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Inggris, B117, sudah masuk ke Indonesia.
Ketua DPD Asita 71 Bali Putu Winastra, Rabu (3/3) berharap dukungan semua pihak untuk kelancaran travel bubble dengan skema FCC. “Jangan sampai isu atau rumor yang berkembang ini bisa merusak situasi, dimana pemerintah pusat bersama Pemprov sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi kepada pelaku pariwisata,” ujarnya.
Dengan gencarnya upaya perlindungan kesehatan yang dilakukan, diharapkan akhir Maret seluruh pelaku pariwisata tervaksin. Sehingga dengan vaksinasi, travel bubble yang sudah direncanakan sebelumnya bisa terlaksana dengan baik dengan cara free COVID-19 corridor atau safety traveler corridor.
“Ini yang harus kita dorong supaya itu benar-benar terjadi. Kalau belum apa-apa isu ini sudah didengung-dengungkan, maka Bali akan semakin terpuruk. Kita berharap isu-isu yang negatif agar diminimize, karena setahun lebih tidak bisa makan. Jika dikembangkan, justru masyarakat pelaku usaha lebih terpuruk kondisinya,” ungkapnya.
Menurutnya juga, orang yang akan datang melakukan skrining ketat bahkan double ketika masuk ke Indonesia. Syaratnya, orang tersebut harus divaksin, dan ketika sampai juga dilakukan swab antigen di bandara. Sehingga menurutnya, hal itu cukup untuk menyeleksi orang yang masuk.
Terpisah, Menurut Ketua IDI Denpasar dr. I Ketut Widiyasa, MPH., kunci mendatangkan turis atau wisatawan itu adalah tetap menerapkan protokol kesehatan. Kekhawatiran kedatangan orang ke Bali membawa varian virus baru, menurutnya, sangat tergantung pada selektivitas orang yang datang.
“Dulu sebelum ada kebijakan baru, orang yang datang ke Bali melalui udara harus di-swab PCR. Itu kan sebenarnya, upaya pemerintah untuk melindungi warganya. Namun hal itu bisa diterapkan dengan kepatuhan yang tepat, jangan asal-asalan,” tegasnya.
Secara teori, ungkapnya, penularan virus dapat diputus dengan membatasi gerak orang yang masuk ke wilayah kita. “Risiko varian COVID-19 yang baru, bisa saja tidak terdeteksi ketika tiba di sini. Apapun upaya pemerintah memulihkan ekonomi harus tetap sejalan dengan protokol kesehatan,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)
Jangan dipaksa paksa
Timur tengah jangan masuk dulu pak, bahaya..