TABANAN, BALIPOST.com – Ida Rsi Nabe Bhujangga Waisnawa Lingga Puja, sulinggih dari Grya Batur Lebah, Banjar Gablogan, Desa Brembeng, kecamatan Selemadeg, Tabanan, telah lebar (meninggal) di RSUD Tabanan, Senin (1/3) malam. Sebelum meninggal, sulinggih berusia 58 tahun yang sangat getol memberikan Dharma Wacana ini, sempat menjalani perawatan di ruang ICU RS Tabanan.
Rencananya Palebon Tarpana Agung dilaksanakan Anggara, Wage, Gumbreg (9 Maret 2021) di Krematorium Munduk dawa, Klungkung. Putra Almarhum, Ida Bagus Manik Anom mengatakan almarhum sempat dilarikan ke rumah sakit Dharma Kerti lantaran pingsan karena migrain dan kelelahan. “Palebon Ida sifatnya mengkhusus,” jelasnya.
Setelah menjalani perawatan selama tiga hari, kemudian di hari keempat dirujuk ke RSUD Tabanan dan menjalani perawatan di ruang ICU selama enam hari. Almarhum sendiri, lanjut kata Bagus Manik, selama empat tahun terakhir memang mempunyai riwayat sakit fungsi hati dan infeksi paru.
Hanya saja, almarhum sama sekali tidak pernah mau memperlihatkan jika dirinya tengah sakit. Almarhum tetap terlihat sebagai sosok sulinggih yang kuat dan tenang apalagi saat memberikan dharma wacana, baik pada sisya maupun umat Hindu.
Karena bagi almarhum Ida Rsi Nabe Bhujangga Waisnawa, kebahagiaan sebenarnya menjadi seorang sulinggih adalah mampu memberikan pelajaran pada umat, bagaimana mengajarkan umat meyadnya, dan merubah mental orang ke tatanan yang lebih baik. Bahkan, delapan hari sebelum dilarikan ke rumah sakit, almarhum masih tetap tampak sehat dan tenang memberikan Dharma Wacana di Desa Angkah.
“Beliau memang senang memberikan Dharma Wacana karena itu adalah kebahagiaan Sulinggih ketika bisa memberikan pelajaran tentang Agama pada umat, dan ini pernah beliau sampaikan. Dan ada satu kata lagi yang sangat-sangat tidak pernah saya lupa dari ajaran Ida, ketika beliau menyampaikan Kasta yang paling tinggi adalah kerendahan hati, ini beliau terus tekankan baik pada keluarga maupun sisya dan umat,” ucap Bagus Manik.
Ia menambahkan jika almarhum Ida Rsi Nabe Bhujangga Waisnawa memiliki empat sisya. Begitupun, diakui Bagus Manik, sebulan sebelum almarhum lebar, memang sudah memberikan firasat. “Waktu itu saat memberikan dasa aksara, almarhum mengatakan ‘gus di umur 60, ini titik riskan Ida kemungkinan jatuh tempo, pulang kampung’. Awalnya saya tidak paham maksud pulang kampung, saya beranggapan Ida ingin pulang istirahat dan tidak lunga muput, jadi saya hanya menjawab dengan santai, rupanya itu memang sudah dirasakan oleh Ida,” terangnya. (Puspawati/balipost)