Suasana tradisi magoak-goakan di Desa Adat Kintamani beberapa tahun lalu. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Kintamani akan kembali menggelar tradisi magoak-goakan. Namun, tradisi magoak-goakan yang bakal dilaksanakan Minggu (7/3) ini berbeda dari tahun sebelumnya karena tengah pandemi COVID-19.

Bendesa Adat Kintamani I Nyoman Sukadia, Jumat (5/3) mengatakan tradisi ini pada tahun-tahun sebelumnya melibatkan semua krama sampai ribuan orang. Namun, untuk menghindari kerumunan, pelaksanaannya tahun ini hanya peduluan saja yang ikut. “Sekitar 20 orang. Supaya tradisinya bisa tetap jalan,” kata Sukadia, Jumat (5/3).

Baca juga:  Raih Juara Pertama di Amazing Dance Indonesia 2024, Yuk Cari Tahu Siapa Naluri Manca

Jelasnya, magoak-goakan adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan sebagai ungkapan syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Tradisi magoak-goakan rutin dilaksanakan Desa Adat Kintamani setiap satu tahun sekali saat Nyepi Desa.

Magoak-goakan biasanya dilaksanakan dengan mengambil tempat di sebuah lapangan yang ada di wewidangan Desa Adat Kintamani. “Ada tempat khususnya. Tidak boleh dilakukan di luar,” ujarnya.

Tradisi magoak-goakan biasanya berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Namun karena saat ini masih dalam situasi pandemi COVID-19, pelaksanaan tradisi magoak-goakan dibatasi hanya setengah sampai satu jam. “Karena nanti hanya diikuti peduluan saja, maka hanya dilaksanakan sebentar,” kata Sukadia.

Baca juga:  Hendak Nyalip, Pemotor Tewas Tertabrak Truk

Lebih lanjut dikatakannya, selama ini tradisi magoak-goakan rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Tidak pernah ditiadakan. “Tidak pernah kami tidak melaksanakan karena ini merupakan warisan leluhur,” ujarnya.

Disampaikan juga bahwa beberapa krama punya kepercayaan dan keyakinan tersendiri dari pelaksanaan tradisi ini. Beberapa warga yang pernah sakit dan setelahnya sembuhnya biasanya akan ngayah magoak-goakan. “Dalam tradisi magoak-goakan tidak boleh mengeluarkan kata-kata kasar. Apapun yang terjadi dalam pelaksanaan tradisi magoak-goakan kita harus legowo (menerima),” kata Sukadia. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  90 Persen Warganya Berprofesi Perajin Arak, Desa Ini akan Bangun Museum Arak
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *