Salah satu pedagang cabai di Pasar Umum Galiran.(BP/Dokumen)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Melambungnya harga cabai rawit sampai Rp 110 ribu/kg membuat ketersediaan pangan ini amat langka. Bahkan, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung dalam laporan ketersediaan pangannya menunjukkan bahwa cabai minus 1,03 ton. Dari kebutuhan 1,74 ton, ketersediaannya hanya 0,71 ton, sesuai hasil laporan ketersediaan pangan terakhir.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung, I Dewa Ketut Sueta Negara, Senin (8/3) mengatakan terdapat 11 komoditi yang selalu dipantau ketersediannya setiap Senin dan Kamis. 11 komoditi itu, antara lain beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir dan minyak goreng.

“Kami rutin melakukan survei pasar. Sejauh ini komoditi utama seperti beras masih aman,” kata Sueta Negara.

Baca juga:  Jelang Kuningan, Harga Janur Meroket

Laporan harian ketersediaan pangan, menunjukkan komoditi beras ketersediannya 1.075,78 ton. Kebutuhan hanya 46 ton, masih ada suplus 1.029,78 ton. Ini diperkirakan masih mencukupi sampai 23 hari kedepan. Demikian pula komoditi lainnya, seperti jagung (surplus 15,17 ton), bawang merah (surplus 2,31 ton), bawang putih (surplus 14,77 ton), cabai besar (surplus 0,11 ton), daging sapi (0,17 ton), gula pasir (75,05 ton) dan minyak goreng (11,92 ton). Kebutuhannya masih aman.

Selain cabai, ada dua komoditi lainnya yang minus, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras. Daging ayam ras, dari ketersediaan 0,35 ton, kebutuhannya 3,54 ton, sehingga minus 3,19 ton. Sementara untuk telur ayam ras, dari ketersediaan 1,34 ton, kebutuhannya 2,88 ton, sehingga minus 1,54 ton.

Baca juga:  Kabar Gembira!! Segini Jumlah Pasien Positif COVID-19 di Bali yang Sembuh

Menyikapi langkanya cabai rawit ini, Dewa Sueta kembali melakukan upaya-upaya sosialisasi kepada masyarakat, agar memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam cabai. Sehingga, ke depan setidaknya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari. “Sosialisasi optimalisasi pemaanfaatan lahan pekarangan setiap warga, agar menanam cabai, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari tidak sampai beli. Andai setiap warga yang punya pekarangan 1-2 meter saja, ditanami 1-4 pohon cabai untuk kebutuhan sehari-hari pasti tidak akan sampai beli,” katanya.

Untuk diketahui, semua analisa ini, berdasarkan data pemantauan ketersediaan dan harga pangan, dari Satgas Pangan Kabupaten Klungkung. Perhitungan kebutuhan pangan didasarkan pada kebutuhan per kapita per hari. Dimana jumlah penduduk Klungkung sesuai data BPS Provinsi Bali mencapai 179.900 jiwa tahun 2020. Angka konsumsi sesuai data Susenas 2019. Minusnya daging ayam ras, karena tingkat konsumsi daging ayam sedikit, tetapi stok yang ada masih mencukupi permintaan. Pemotongan daging ayam sedikit, karena penjualan menurun.

Baca juga:  Bali Perlu Segera Miliki Gudang Pangan

Demikian halnya untuk ketersediaan cabai yang sedikit di tingkat pedagang grosir. Tetapi, ditingkat pedagang eceran, masih cukup tersedia. Selain itu, penyediaan cabai yang sedikit oleh pedagang, mengantisipasi ketika tidak laku terjual dan membusuk. Sehingga bisa menimbulkan besar karena harga cabai sangat mahal. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *