DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang belum melandai, berdampak pula terhadap proses pelaksanaan tradisi di masing-masing daerah. Seperti yang terjadi di Banjar Kaja, Sesetan.
Usai Nyepi, krama di banjar tersebut biasanya menggelar tradisi omed-omedan yang dirangkai dengan festival. Namun, kali ini festival dipastikan tidak ada.
Bahkan, tradisi omed-omedan yang biasanya diikuti puluhan pasang muda-mudi, kini diselenggarakan terbatas dan tertutup untuk umum. Kelian Adat Banjar Kaja, I Made Sudama, Selasa (9/3) mengungkapkan, untuk gelaran omed-omedan prajuru Banjar Kaja sepakat untuk tidak menggelar festival.
Tetapi secara tradisi omed-omedan akan tetap digelar. Sebab, jika tidak digelar dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
Omed-omedan dalam bahasa Indonesia berarti tarik-menarik. Acara omed-omedan biasanya digelar sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi.
Dikutip dari situs resmi denpasar, inti dari acara omed-omedan ini adalah peluk, cium, siram lalu tarik! Begitu terus, berulang sampai semua pemuda dan pemudi Desa Sesetan mendapatkan giliran. Tradisi Omed-omedan ini bertujuan untuk memperkuat rasa Asah, Asih, dan Asuh antar warga, khususnya warga Banjar Kaja, Desa Sesetan.
Ritual ini dalam beberapa tahun terakhir, dirangkai dengan festival yang berlangsung sejak pagi hari.
Tradisi tersebut, menurut Sudama, akan digelar secara sederhana. Dalam prosesi omed-omedan hanya diikuti oleh tiga pasang yang ditunjuk mengikuti prosesi omed-omedan tersebut.
Sisanya adalah prajuru dan masyarakat yang dibatasi maksimal 60 orang di dalam lingkup banjar. Omed-omedan menurut dia, tidak akan lagi digelar di Jalan Raya Sesetan, melainkan di dalam banjar tepatnya di depan merajan banjar. “Omed-omedan secara tradisinya kita tetap akan gelar, tetapi secara sederhana. Yang kita tidak gelar adalah festivalnya yang biasanya ramai didatangi oleh masyarakat yang menonton. Tetapi karena kondisi COVID-19 sekarang hanya kami gelar sederhana saja,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan kondisi saat ini prajuru tidak ingin ada klaster baru karena memaksakan menggelar festival. Walaupun tradisi omed-omedan secara sederhana tetapi tidak mengurangi makna dari omed-omedan itu.
Selain itu, protokol kesehatan yang ketat juga akan diterapkan termasuk penjagaan ketat di luar kawasan tersebut. Sehingga tidak ada masyarakat yang memaksa masuk karena ingin nonton omed-omedan.
Omed-omedan kali ini selain sederhana juga akan digelar tertutup tanpa ada penonton maupun publikasi dari wartawan dan masyarakat. “Kami selain gelar sederhana juga akan tertutup. Termasuk tidak dipublikasikan oleh media massa. Kami juga batasi peserta yang ikut dalam omed-omedan agar tidak menghidupkan HP saat prosesi berlangsung,” tandasnya.
Seperti diketahui, bila tidak terjadi pandemi, kegiatan Omed-omedan ini selalu menjadi perhatian warga. Penonton selalu membludak ketika kegiatan Omed-omedan dilakukan (Asmara Putera/balipost)