DENPASAR, BALIPOST.com – Secara berturut-turut untuk ketiga kalinya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali menerima penghargaan dalam kesigapan menanganan kebencanaan di Provinsi Bali. Di bawah kepemimpinan Kepala Pelaksana (Kalaksa), Made Rentin, BPBD Bali menerima penghargaan atas partisipasi aktif dalam penanggulangan bencana Tahun 2020, Penganugerahan Kepada Gubernur Bali Atas Kontribusi Dalam Pengurangan Risiko Bencana di Provinsi Bali Tahun 2020, serta yang ketiga adalah Kinerja dan Sinergitas Dalam Penanggulangan Bencana Tahun 2021.
“Perlindungan dan keselamatan nyawa menjadi prioritas utama yang dilakukan BPBD Provinsi Bali, karena bencana bukanlah sebuah ancaman semata, melainkan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan secara sigap dilakukan mitigasi awal,” tegas Made Rentin saat menerima Penghargaan dari BNPB, yang diikuti secara virtual dari Kantor BPBD Provinsi Bali, Rabu (10/3).
Dikatakan, Indonesia masuk ke dalam 35 negara yang memiliki risiko bencana tinggi. Pada tahun 2020/2021 Indonesia mengalami total 3.253 bencana, baik berupa bencana geologi, vulkanologi, hidrometeorologi dan bencana faktor non alam yakni pandemi COVID-19.
Dari 500 gunung api yang ada, terdapat sebanyak 127 diantaranya yang aktif, sehingga penting bagi BNPB dan BPBD untuk merumuskan strategi dan mitigasi bencana yang terbaik untuk kesiapan penanganannya.
Menilik dari sejumlah bencana dan musibah yang terjadi, pencegahan wajib menjadi prioritas dan tidak boleh terlambat. Mulai dari evakuasi, penyiapan bantuan kepada masyarakat, penyiapan logistik, pengungsian dan tenda-tendanya harus dikelola dengan baik, sehingga Indonesia tangguh untuk menghadapi bencana selanjutnya.
Pengelolaan Risiko Terpadu merupakan pendekatan yang mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Adaptasi Perubahan Iklim (API), dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) untuk mendukung penghidupan elemen paling berisiko, yaitu manusia.
Dikatakan, pelaksanaan penanggulangan bencana yang dilakukan di Bali dengan mengedepankan kearifan lokal, untuk mewujudkan visi pembangunan daerah ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru. Selain itu, melibatkan berbagai pihak sangat penting dilakukan karena bencana ada urusan bersama. Konsep kemitraan multipihak atau sering disebut pentahelix ini bersinergi dan berkolaborasi yaitu pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media. (Winatha/balipost)