Tanaman cengkeh banyak ditemui di Desa Asahduren, Kecamatan Pekutatan. Para petani tanaman Cengkeh ini berharap harga jual cengkeh naik seperti tahun-tahun sebelumnya. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Para petani Cengkeh di Jembrana mengharapkan adanya kenaikan harga jual hasil produksi tanaman mereka. Sudah dua tahun ini, harga cengkeh terus merosot bahkan tidak sesuai dengan biaya produksi panen.

Beberapa petani memilih menyimpan hasil bumi mereka sampai harga kembali di atas Rp 100 ribu. Sejumlah petani di Desa Asahduren, Kecamatan Pekutatan, Rabu (17/3), mengungkapkan harga jual saat ini memang sudah mulai merangkak naik.

Dari sebelumnya pada tahun 2020 jatuh di harga Rp 45 ribu per kilogram, sejak dua bulan terakhir menjadi Rp 70 ribu per kilogram. Merosotnya harga jual Cengkeh ini terjadi sejak 2019 lalu. Harga jatuh hingga mencapai Rp 45 ribu per kilogram dari semulanya Rp 100 ribu lebih per kilogram.

Baca juga:  Wagub Bali Apresiasi Tiga Desa Wisata Masuk Nominasi ADWI

Sementara untuk biaya panen (ongkos tenaga petik cengkeh), cukup tinggi. Saat panen tahun lalu biaya petik Rp 150 ribu per hari. Atau bila secara borongan dengan ongkos Rp 6.000 per kilogramnya. “Kalau dikalkulasikan dengan harga jual Cengkeh, tidak mencukupi,” terang salah seorang petani.

Para petani pada panen tahun ini nanti diharapkan harga Cengkeh bisa bersaing seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga hasil yang diperoleh juga mencukupi.

Kondisi ini juga diakui Perbekel Asahduren, I Nyoman Mandia. “Panen tahun lalu jatuh harganya. Bahkan untuk biaya panen saja tidak mencukupi atau kurang. Karena itu petani, juga mengambil langkah untuk menyimpan sementara hasil panennya,” tandas Mandia, Perbekel Asahduren.

Baca juga:  Otopsi Jenazah Anak Polisi Tunggu Persetujuan Keluarganya

Di Desa Asahduren, Kecamatan Pekutatan merupakan salah satu desa di Jembrana yang mayoritas penduduknya bertumpu dari hasil bumi perkebunan. Termasuk tanaman Cengkeh yang hampir di setiap warga memiliki tanaman tersebut.

Selain juga tanaman lain seperti Durian dan Kakao. Para petani ini tergabung dalam empat Subak Abian.

Beberapa petani di masa pandemi Covid-19 ini untuk tambahan pendapatan justru beralih pada tanaman Porang. Bahkan hampir setiap KK saat ini melakukan budidaya Porang yang memang mudah ditemui di Asahduren sejak sebelum tanaman ini populer.

Baca juga:  Bali Declaration CAJ Ditandatangani di Gedung Pers K. Nadha

Banyak warga yang menjadi penyalur bibit Porang dengan pemasaran hingga ke Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat.

Meskipun bukan sebagai komoditi tanaman unggulan, Cengkeh juga banyak ditanam para petani di Jembrana. Terutama subak Abian yang berada di dataran tinggi sesuai topografi yang memungkinkan tanaman ini hidup.SL

Seperti di Asah Duren, Kecamatan Pekutatan, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo dan di Pancaseming, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *