DENPASAR, BALIPOST.com – Sekitar tiga minggu lagi, umat Hindu di Bali akan merayakan Galungan dan Kuningan (Galkun). Bank Indonesia (BI) meminta agar dua komoditas diwaspadai sebagai penyumbang inflasi.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda, Minggu (21/3), mengatakan komoditas yang perlu diwaspadai adalah cabai dan canang sari. Pasalnya, secara historis selama 3 tahun pada Galkun, komoditas tersebut sering mengalami kenaikan harga dan menjadi penyumbang inflasi.
Komoditas cabai rawit yang masih belum menunjukkan penurunan harga hingga saat ini perlu diwaspadai. Sebab, pasokan masih belum optimal akibat curah hujan yang tinggi, serta peningkatan permintaan menjelang hari raya. “Produksi cabai terkendala oleh musim, luas lahan, biaya produksi, perawatan,” ujarnya.
Pengendalian inflasi pada masa COVID-19 masih dilakukan terbatas dengan mengacu pada upaya 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Komunikasi Efektif). Ia merekomendasikan sejumlah kebijakan untuk pengendalian inflasi ke depan yaitu, pelaksanaan program pengendalian inflasi sesuai kewenangan OPD dengan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19, TPID menjamin kecukupan pasokan, kestabilan harga dan kelancaran distribusi menjelang hari raya Galungan dan Kuningan, optimalisasi penggunaan CAS (Controlled Atmosphere Storage), dan mendorong kerjasama antar daerah serta mendorong pembentukan BUMD pangan.
“CAS merupakan sistem yang mengombinasikan teknologi pendingin dengan teknologi pengkondisian udara sebagai alat penyimpan produk komoditi hortikultura dalam jangka waktu yang lebih panjang dari metode konvensional,” jelasnya.
Mesin CAS dapat mengawetkan berbagai komoditas seperti cabai dan bawang merah. Daya tahan cabai yang disimpan dalam CAS dapat bertahan hingga 2 minggu dan bawang merah dapat bertahan hingga 3 bulan. (Citta Maya/balipost)