DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) RI, Sakti Wahyu Trenggono menjadikan pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk mengembangkan potensi kelautan dan perikanan yang ada di laut Bali.
“Kami sudah melakukan pembahasan dengan para ahli, akademisi di Bali untuk menyeimbangkan struktur fundamental pembangunan Bali, antara pariwisata, pertanian dan kelautan beserta industrinya. Untuk itu, saya menyampaikan rasa terima kasih atas komitmen pemerintah pusat khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang turut serta dalam upaya pemulihan ekonomi Bali akibat terdampak pandemi Covid-19,” ujar Gubernur Koster saat menerima kunjungan kerja Menteri KP, Sakti Wahyu Trenggono di Gedung Gajah, Rumah Jabatan Jayasabha, Denpasar pada Wraspati Keliwon Warigadean, Kamis (25/3).
Gubernur jebolan ITB ini mengatakan, pihaknya sangat bersyukur terhadap upaya nyata KKP membantu sektor kelautan Bali. Di mana bukan saja mengembangkan hulu ke hilirnya, tetapi juga diharapkan mampu menjadi industri baru di Pulau Dewata. “Ini adalah ekonomi kerakyatan dan mungkin ini sudah waktunya dikembangkan di saat yang tepat. Pandemi juga punya hikmah untuk momentum yang tepat untuk menyentuh dan menggali kembali sektor pertanian dan kelautan,” ujar Gubernur Koster seraya mengungkapkan,dirinya telah mempunyai konsep matang untuk merealisasikan pembangunan yang mensinergikan ketiga sektor tumpuan ekonomi Bali tersebut.
Orang nomor satu di Pemprov Bali ini menambahkan, Bali memiliki tradisi pertanian, budaya pertanian yang sangat kuat. Ada subak sebagai warisan budaya yang (sayangnya, red) ditinggal karena maraknya dunia pariwisata. Karenanya, pertanian, produk unggulan branding Bali seperti terlupakan. “Untuk itu, kita buatkan skenario pengembangan produk pertanian Bali dari hulu sampai hilir,” terangnya.
Termasuk untuk sektor perikanan dan kelautan, Gubernur asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng ini menyusun suatu konsep yang nantinya akan efektif memaksimalkan potensi-potensi kelautan dan perikanan di laut Bali. “Bali ini pulaunya kecil, tapi potensi kelautannya besar. Ada keunikan dan keragaman yang luar biasa. Ini belum pernah digali secara serius sebagai kebijakan dengan program yang dikembangkan dari hulu sampai hilir,” jelas Gubernur Koster yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini.
Sehingga dengan adanya pandemi Covid-19, telah membuat banyak mata terbuka bahwa ke depan Bali tidak bisa dan tidak boleh lagi untuk terus-menerus tergantung hanya pada sektor pariwisata. Karena sektor ini meskipun mampu mendatangkan pendapatan yang besar, namun sangat sensitif pada peristiwa-peristiwa alam maupun nonalam. “Ada bom, virus, erupsi, bahkan yang gunungnya bukan di Bali, bisa mengganggu kedatangan wisatawan kita,” sebutnya sembari mengungkapkan, kontribusi pariwisata selama ini mencapai 54 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali secara langsung, dan jika dihitung pendapatan tidak langsung bisa mencapai 70 persen. Bahkan sebelum pandemi, wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali mencapai 10,5 juta orang, sedangkan wisatawan mancanegara mencapai 6,3 juta lebih wisatawan mancanegara. Jadi 16, 8 juta wisatawan yang datang ke Bali 2019. Meningkat 20 persen dari tahun 2018. Ini juga dampak kebijakan pembatasan sampah plastik, kendaraan listrik dan lainnya juga punya dampak pada ketertarikan wisatawan untuk ke Bali.
Sementara itu Menteri KP, Sakti Wahyu Trenggono mengamini bahwa Bali sekian puluh tahun kadung terlena dengan gelimang pariwisata, sehingga agak meminggirkan sektor kelautan dan perikanan sebagai satu tumpuan perekonomian. “Padahal, Tuhan sudah memberikan banyak sekali ruang di Bali yang bisa dikembangkan,“ katanya.
Sakti Wahyu Trenggono mengaku kedatangannya juga membawa langsung tim ahli yang diharapkan bisa bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi kelautan dan perikanan. “Potensi kelautan kita, perikanan tangkap akan kita jadikan modal utama dan budidaya dengan orientasi ekspor,” ujarnya.
Menteri Sakti Wahyu Trenggono dengan nada optimis juga menegaskan, harus ada upaya antara pemerintah pusat dan daerah sebagai booster. “Pariwisata jalan terus, tapi masalah kelautan juga jangan ditinggalkan,” tandasnya sambil memberikan ide agar ke depan Bali ini memiliki Kampung Budidaya Perikanan Air Tawar dan Payau dengan berbasis pada kearifan lokal di Bali.
Di hadapan Gubernur Koster, Sakti Wahyu Trenggono mengaku menaruh perhatian khusus kepada garam produksi Bali yang dihasilkan dengan cara-cara yang masih alami dan tradisional, namun memiliki kualitas tinggi juga keunikan tersendiri. “Produk garam yang diproduksi di Kusamba, Tejakula hingga Pemuteran tersebut terkenal memiliki kandungan mineral yang tinggi dengan cita rasa khas atau dikenal juga dengan ‘garam artisan’ atau ‘garam gourmet’,” katanya. (Winatha/balipost)