DENPASAR, BALIPOST.com – Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi memiliki nilai filosofi tinggi. Kata sepi merupakan ikon Nyepi, hari raya suci yang jatuh setiap setahun sekali tersebut.
Sepi atau suwung itu ruang kesadaran tertinggi tanpa aktivitas. Karena itu pada Hari Raya Nyepi umat Hindu melaksanakan brata penyepian.
Hal itu disampaikan guru besar Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Prof. Dr. I Nengah Duija, M. Si. saat memberi dharma wacana serangkaian Dharma Santi Nasional Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1943, Sabtu (27/3) di Yogyakarta dipantau secara streaming dari Denpasar.
Membawakan dharma wacana berjudul “Nyepi: Menelusup Kesadaran Sang Diri dari Puyung Menuju Suwung”, Prof. Duija menyampaikan, kata sepi menjadi ikon Hari Raya Nyepi. Sepi berarti sunyi atau puyung.
Mantan Rektor IHDN Denpasar itu menambahkan, puyung itu suwung. Suwung itu ruang kesadaran tertinggi tanpa aktivitas.
Serba nir, damai tanpa identitas. Itulah kedamaian abadi mandala siwah atau suwung. “Karena itu umat Hindu dalam merayakan Nyepi melaksanakan catur brata penyepian, yang serba amati atau nir. Yakni amati gni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melaksanakan aktivitas), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan),” ujarnya.
Pada hari yang suci itu umat Hindu mencoba menelusup ruang kosong dengan laku brata penyepian. Dalam kekosongan pikiran dan hati yang bersih itu umat Hindu mencoba melakukan introspeksi atau mulat sarira, sehingga bisa berbenah di era yang baru, menjadi lebih baik dan lebih bijaksana dalam menjalankan kehidupan menuju kesempurnaan.
Dharma Santi Nasional Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1943 mengambil tema “Kolaborasi Dalam Harmoni Menuju Indonesia Maju”. Puncak Perayaan Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1943 ini dihadiri Presiden Joko Widodo secara virtual, dan diikuti jutaan umat Hindu se-Indonesia melalui Zoom dan live streaming YouTube Bimas Hindu RI.
Ikut memberi sambutan dalam acara tersebut Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, Wisnu Bawa Tenaya, Wakil Gubernur DI Yogyakarta, KGPAA Paku Alam X, dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (Subrata/balipost)