DENPASAR, BALIPOST.com – Kabar gembira untuk pecinta seni di Bali, khususnya mereka yang menggemari seni drama. Mulai Jumat (2/4), Drama Keraton “Cilinaya” yang dirangkum ke dalam tujuh episode akan tayang perdana di Bali TV.
Drama yang mengabadikan kisah cinta sejati antara Putri Kerajaan Daha bernama Cilinaya dengan Putra Mahkota Kerajaan Jenggala, Sri Jaya Semara ini dipastikan sanggup mengharu biru perasaan penonton. Tak kalah menariknya, drama yang setiap episodenya berdurasi satu jam (jam tayang pukul 20.00-21.00 Wita) ini menghembuskan “napas” kebaruan dalam panggung seni pertunjukan di Bali karena ilustrasi musiknya ditata dengan sangat artistik dalam balutan kerawitan elektronik (keraton).
Ilustrasi musik “keraton” ini pula yang menjadi identitas sekaligus membedakan produksi Bali TV bekerjasama dengan Sanggar Kayon, Pejeng, Gianyar dan Pemprov Bali ini dengan drama gong yang sudah lebih dulu dikenal oleh pecinta seni Bali. Meskipun bersetting cerita di zaman kerjaan (istana sentris), isu-isu maupun pesan-pesan moral yang dikemas dalam Drama Keraton Cilinaya dipastikan tetap kontekstual dan up to date dengan era kekinian.
Menurut Penulis Skenario sekaligus Sutradara Drama Keraton Cilinaya, Dewa Ngakan Gede Suastika, S. Sn., guna menghidupkan karakter-karakter sentral dalam kisah cinta sepasang anak manusia yang penuh intrik dan tragedi namun berakhir happy ending ini, pihaknya merekrut sejumlah seniman-seniman muda penuh talenta yang sudah melintang di jagat seni pertunjukan Bali. “Mereka akan beradu akting dengan seniman-seniman senior yang di kalangan pecinta seni di Bali dikenal sebagai legenda hidup drama gong dan drama seni arja,” kata pria yang akrab disapa Dewa Bondres ini, Rabu (31/3).
Dewa Bondres yang juga menyutradarai Drama Keraton Jayaprana yang sudah ditayangkan di Bali TV ini, dari kalangan seniman muda tampil Ni Ketut Yuliantini yang dipercaya memerankan Cilinaya, I Kadek Dwi Mahendra Putra, S.E., M.M. yang berperan sebagai Sri Jaya Semara dan Ni Luh Putu Desy Krisnuari (Ni Limbur).
Sementara dari kalangan senior, tentunya pecinta seni di Bali sudah tidak asing lagi dengan sosok pragina drama gong legendaris Dr. Drs. I Wayan Sugita, M. Si. yang senantiasa sukses memantik rasa marah, jengkel, benci dan antipati para penonton lewat peran antagonisnya sebagai Patih Agung. Di Drama Keraton Cilinaya ini, Sugita dipastikan tampil prima lewat perannya sebagai Ki Patih Kuda Nilarsa.
Dewa Bondres menambahkan, legenda drama gong lainnya yang juga turut mengeksplorasi kemampuan aktingnya adalah I Dewa Ketut Sabar (Raja Jenggala), Dewa Ayu Oka Yuniari (Permaisuri Jenggala), I Nyoman Suteja Arimbawa (Raja Daha), Ni Wayan Sriyani, S. Sn., dan A.A. Gde Kartika, S.Pd. (Ki Patih Agung), Sang Ketut Pesan Sandiyasa, BA (Patih Werda Jenggala) serta puluhan pragina lainnya yang sudah malang melintang di panggung seni pertunjukan Bali.
“Drama Keraton Cilinaya ini didukung puluhan seniman yang sudah malang melintang di panggung seni pertunjukan Bali. Untuk proses regenerasi, kami juga menghadirkan banyak sekali seniman-seniman muda penuh talenta yang siap menjaga, melestarikan dan meneruskan kejayaan seni pertunjukan Bali,” jelasnya.
Keistimewaan lainnya, mayoritas pendukung drama ini memiliki kemampuan mupuh (matembang pupuh-red) yang baik. Mengingat Drama Keraton Cilinaya ini juga akan dirangkaikan dengan Program Tembang Semara Cilinaya yang akan ditayangkan setelah penayangan drama keraton berakhir.
Ia menambahkan, penata musik dipercayakan kepada komposer Dewa Ngakan Putu Sathya Kubera Tankober, tata rias dan busana Ni Made Suprapti, S.ST. (DN Salon Pejeng) dan set properti Wiweka Dekorasi Pejeng, Tampaksiring.
Secara ringkas, Drama Keraton Cilinaya dibuka dengan penampilan Ni Limbur (istri Raja Daha) yang melapor kepada ayahnya Ki Patih Kuda Nilarsa bahwa ia diperlakukan layaknya sebagai pembantu oleh Raja Daha.bsedangkan permaisuri sangat disayangnya. Mendengar laporan anaknya, Ki Patih Kuda Nilarsa sangat marah.
Ia pun merajah tubuh anaknya dengan guna-guna agar terlihat cantik sehingga anaknya bisa menyingkirkan Permaisuri Raja Daha. Alhasil, Raja Daha tergila-gila melihat kecantikan Ni Limbur dan segera memerintahkan Patih Anom untuk menyingkirkan permaisuri beserta putrinya yang masih bayi agar dibuang di hutan.
Akhirnya permaisuri dan putriya di buang di hutan. Karena lama di hutan dan kekurangan makanan, permaisuri. Melihat hal itu, Putri Daha menangis hingga tak sadarkan diri.
Kebetulan saat itu ada Men Dukuh yang sedang mencari kayu bakar melihat Putri Daha dalam keadaan tak sadarkan diri. Men Dukuh dan Pan Dukuh segera memberi pertolongan hingga Putri Daha sadarkan diri.
Akan tetapi ketika ditanya, Putri Daha merahasiakan jati dirinya, sehingga Men Dukuh memunggutnya sebagai anak dan memberinya nama Ni Cilinaya. Suatu hari, Putra Mahkota Kerajaan Jenggala, Sri Jaya Semara sedang berburu di tengah hutan.
Karena kehausan, ia berniat meminta air pada pemilik sebuah pondok di tengah hutan. Saat masuk rumah, ia melihat Ni Cilinaya sedang menenun. Sri Jaya Semara terkesima melihat kecantikan Ni Cilinaya dan berniat memperistrinya. Singkat cerita, Cilinaya diboyong ke puri bersama Men Dukuh dan Pan Dukuh.
Lantas, bagaimana kisah percintaan Ni Cilinaya dan Sri Jaya Semara selengkapnya, silakan saksikan Drama Keraton Cilinaya di Bali TV setiap pukul 20.00 Wita, mulai Jumat (2/4) besok! (Sumatika/balipost)