SEMARAPURA, BALIPOST.com – Menjelang hari raya Galungan, keberadaan daging babi masih langka di pasar. Setelah dilakukan monitoring oleh petugas Dinas Pertanian Klungkung, rupanya populasi babi siap potong saat ini sudah turun drastis.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida, Jumat (9/4) mengatakan dari hasil monitoring menjelang hari raya Galungan, ketersediaan babi siap potong di Klungkung Daratan, meliputi Kecamatan Klungkung, Dawan, dan Banjarangkan saat ini hanya tinggal 200 ekor. Ini memperlihatkan betapa rendahnya populasi babi siap potong saat ini.
Sementara di Kecamatan Nusa Penida jumlah populasinya sedikit lebih baik. Wilayah kepulauan tersebut saat ini populasi babinya masih 500 ekor.
Jumlah populasi ini masih jauh lebih rendah, jika dibandingkan kebutuhan rata-rata babi siap potong ketika hari Galungan di Klungkung yang mencapai 1.180 ekor. Meski demikian, Juanida yakin permintaan daging babi juga tak akan setinggi sebelumnya. Ini dipengaruhi kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih akibat dampak pandemi COVID-19.
Minimnya populasi babi siap potong, kata Juanida, karena sebelumnya para peternak merugi, setelah ternak mereka banyak mati terserang wabah ASF (African Swine Fever). Wabah yang sempat merebak tahun lalu ini membunuh ternak babi secara massal.
Sehingga, para peternak tahun ini belum bisa memenuhi kebutuhan pasar menjelang Galungan. “Saat ini masih pada fase pemulihan bagi para peternak. Nanti kalau kebutuhan di pasar kurang, bisa dipasok dari daerah lain,” katanya.
Hasil monitoring memperlihatkan rata-rata babi di tempat peternakan warga masih berusia 4 sampai 5 bulan. Terlalu kecil untuk ukuran babi siap potong.
Itupun para peternak belum berani beternak dalam jumlah banyak seperti sebelumnya. Mereka masih khawatir wabah yang menyerang ternak babi dari pertengahan tahun lalu sampai akhir tahun itu kembali menyerang tahun ini.
Juanida menambahkan, dari hasil monitoring petugas Dinas Pertanian, kondisi peternakan warga mulai berangsur pulih. Para peternak mulai optimis lagi.
Selain itu, kasus infeksi virus serupa ASF, juga tidak ditemukan lagi. Ini juga sejalan dengan upaya peternak yang menjaga kebersihan lingkungan maupun pakannya.
Sebagai langkah antisipasi, petugas Dinas Pertanian mengarahkan para peternak babi untuk selalu memperhatikan biosecurity bagi ternaknya. Seperti menjaga kebersihan kandang, dan memperhatikan mobilitas orang yang keluar masuk sekitar kandang.
Ia berharap, geliat peternak babi saat ini tetap bisa bertahan tanpa ada lagi wabah virus yang mematikan itu. Sebab, wabah seperti ASF itu sangat merugikan peternak dan warga, karena harga daging babi ikut melambung tinggi. (Bagiarta/balipost)