Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Sabtu (10/4) sekitar pukul 15.00 WITA, Bali diguncang gempabumi tektonik berkekuatan 6,1 SR. Berpusat di Barat Daya Kabupaten Malang, Jawa Timur namun dirasakan di Bali.

Gempabumi ini terjadi bertepatan rahina Saniscara Umanis Sasih Kedasa. Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Geria Agung Sukawati, mengatakan dalam Sastra Palalindon apabila terjadi gempa pada sasih kedasa, hari sabtu (saniscara) umanis dimaknai sebagai jagat ini akan menemui keselamatan.

Baca juga:  Kebijakan Gubernur Koster "Perangi" Sampah Plastik Tuai Pujian dari Australia

Namun, harus ada upacara ditujukan kepada “rerencangan” Ida Sanghyang Sri Sangkara, yakni Bhuta Mangsa, Bhuta Lohok, dan Bhuta Kala Guru Mangsa agar jagat ini makmur dan kembali ke era baru sejati. Begitu juga kepada Sanghyang Agni dengan sebutan Kala Banaspati Raja dan Bhuta Kalika diberikan suguhan agar tidak “ngubeda”.

“Jika sungguh-sungguh memaknai secara teologi Hindu niscaya sang angawarat bebas dari penyakit, tidak merasa sulit menghadapi permasalahan yang timbul saat ini dan kedepannya,” ujar Ida Pandita, Sabtu (10/4).

Baca juga:  Kumulatif Kasus COVID-19 Bali Lampaui 20.000! Tambahan Harian di Atas 260 Orang

Upacara yang dilakukan untuk memaknai gempai ini tidak harus dalam skala besar. Menurutnya, upcara besar belum tentu memberi makna besar jika dilakukan dengan egoisme dan pamer belaka.

Begitu sebaliknya, upacara kecil jika sesuai sastra agama tentunya bisa memberi makna besar, yakni keberlimpahan dalam arti yang luas. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *