Ilustrasi. (BP/Tomik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di beberapa wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang bila terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat pascagempa tektonik berkekuatan 6,1 SR, Sabtu (10/4). Bahkan, BMKG Jawa Timur telah mengeluarkan peringatan dini untuk 11 April.

Peringatan berupa hujan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai petir dan angin kencang sesaat di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Hujan tersebut dikhawatirkan dapat memicu longsor pada lereng-lereng rawan dan rapuh akibat gempabumi yang terjadi, sehingga dapat memicu banjir bandang, yang berpotensi terjadi dibeberapa wilayah di Jawa Timur.

Seperti, di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagun. “Kami himbau masyarakat untuk menghindari lereng dan berada di lembah sungai apabila terjadi hujan,” tandas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam siaran persnya, Sabtu (10/4) malam.

Baca juga:  KPK Eksekusi Wali Kota Tanjungbalai Nonaktif ke Rutan

Sebelumnya, BMKG mencatat gempa tektonik magnitudo 6,7 yang kemudian diupdate menjadi magnitudo 6,1 terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa dengan episenter pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km.

Gempa tersebut merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Baca juga:  Ketua Partai Pengusung Ganjar Pranowo Kumpul di Kantor DPP PDIP

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setyo Prayitno, mengatakan berdasarkan hasil monitoring BMKG tercatat tiga kali gempabumi susulan dengan kekuatan magnitudo di bawah 4,0. Menurut Bambang, dampak kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut tergantung pada kualitas bangunan dan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan gempa di selatan Malang tersebut bukan termasuk Gempa Megathrust. Tetapi Gempa Menengah di Zona Beniof, karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

“Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono.

Baca juga:  Komnas HAM Dorong Pemerintah Hapus Hukuman Mati

Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan. Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang M6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972.

Terkait kejadian gempa tersebut, BMKG mengimvau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *