SINGARAJA, BALIPOST.com – Menjelang hari Penampahan Galungan Tahun 2021, Dinas Pertanian (Distan) Buleleng menerjunkan para dokter hewan ke lokasi pemotongan babi di Bali Utara. Ini dilakukan untuk menjamin konsumen mengkonsumsi daging babi yang hegienis dan terbebas dari bibit penyakit yang menular ke manusia.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) didampingi Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Made Suparma Minggu (11/4) mengatakan, para dokter hewan baik di Distan dan di setiap kecamatan diikerahkan mulai Minggu dan berlanjut Senin (12/4) hari ini. Sebanyak 20 personel ini akan dibagi untuk memeriksa kesehatan ternak babi sebelum di potong dan mengawasi peredaran di pedagang pengecer di pasar tradisional.
Pada tahap awal, para dokter hewan ini akan memeriksa ternak babi di tingkat pengepul atau sodagar babi potong. Pengawasan ini menyasar 37 lokasi pemotongan babi yang semuanya itu adalah skala rumah tangga. Pemeriksaan ini dikenal dengan istilah Post Mortem.
Pada pemeriksaan ini, tim dokter hewan akan mengecek secara fisik ternak babi sebelum dipotong. Pemeriksaan ini mentitikberatkan pada kemungkinan adanya ternak babi dalam kondisi sakit atau terjangkit bibit penyakit yang berpotensi menular ke manusia.
Ini seperti penyakit ASF yang sebelumnya sempat mewabah beberapa waktu yang lalu. “Mulai Minggu (11/4), para dokter hewan kami kerahkan melakukan pemeriksaan Post Mortem dan tujuannya mengecek kesehatan babi dan memastikan tidak ada bibit penyakit yang menular seperti ASF,” katanya.
Setelah pemeriksaan Post Mortem, para tim dokter kembali diterjunkan. Kali ini menyasar pedagang pengecer di pasar tradisional atau pasar lain. Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan sebutan Ante Mortem.
Pada pemeriksaan ini, tim dokter hewan akan mengecek kesehatan daging yang sudah dalam bentuk karkas. Terutama, poin pemeriksaan adalah mencegah perlakukan dagingnya agar tidak dicampur dengan daging tok, tulang, jeroan.
Ini penting diawasi karena kerap kali daging dicampur dengan bagian yang satu dengan yang lain, sehingga berpotensi terkontaminasi suatu bibit penyakit, sehingga menganggu tingkat hegienitas daging itu sendiri. Termasuk, tim akan memeriksa bagaimana kebersihan tempat dan alat yang disiapkan oleh pedagang, sehingga konsumen benar-benar mendapatkan daging layak konsumsi. “Pemeriksaan Post Mortem, kami datang ke pasar-pasar, sehingga daging yang beredar nanti adalah daging sehat dan layak dikonsumsi oleh masyarakat untuk keperluan Galungan nanti,” jelasnya.
Terkait stok babi menjelang hari Penampahan Galungan, Sumiarta menyebut, memenuhi kebutuhan daging babi untuk hari Galungan ini estimasi stok babi siap potong di Buleleng sebanyak 7.000 ekor. Dari jumlah itu, estimasi kebuthan babi yang akan dipotong untuk hari Penampahan Galungan ini sebanyak 1.000 ekor.
Stok babi sebanyak itu, sebut Sumiarta tidak semuanya dipasok oleh peternak di Gumi Den Bukti saja. Sebaliknya, sebagian besar stok babi itu dipasok dari peternak di Badung, Bangli, dan Tabanan.
Mengapa Buleleng tidak bisa memenuhi stok babi dari peternak lokal? Karena selama ini tidak ada penggemukan babi potong di Buleleng berskala besar. Yang ada justru warga masyarakat memelihara babi hanya untuk usaha sampingan, dengan memelihara antara 1 atau 2 ekor babi.
Saat ini hanya ada 1 perusahaan penggemukan babi yang skala besar, sehingga pasokan babi luar pun tidak bisa dihindari, sehingga Buleleng ketergantungan dengan paoskan dari kabupaten lain. “Hanya ada 1 skala besar dan memang dari dulu peternak lokal tidak mampu menyiapkan stok babi saat hari raya, sehingga kiriman dari luar daerah pun tidak bisa dihindari,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)