Petani memanen salak di kebun. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Menjelang pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, harga buah-buahan di pasaran melonjak. Tak terkecuali salak.

Petani salak asal Banjar Pengawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Ni Nyoman Rai, Senin (12/4), mengungkapkan, menjelang hari raya, harga salak naik lebih dari dua kali lipat dari hari biasa. Saat ini, harga salak tembus Rp 20 ribu per kilogramnya.

“Harga mulai mengalami kenakan sekitar empat hari belakangan ini. Kalau hari-hari biasa, tidak ada hari raya harga salak hanya kisaran Rp 8 ribu per kg-nya,” ucapnya.

Baca juga:  Petani Salak Mengungsi, Produsen Dodol di Besan Kesulitan Bahan Baku

Harga salak itu untuk salak lokal, kalau harga salak gula pasir Rp 25 hingga 30 ribu per kgnya.

Ketika musim panen raya, harga salak di pasaran anjlok. Harganya bisa turun kisaran Rp 2-3 ribu per kgnya.

Begitu juga sebaliknya, ketika sudah tidak masa panen, harga salak kembali membaik mengingat hasil produksi salak dari petani sedikit. “Panen raya biasanya bulan Januari dan masa panen berakhir bulan Maret,” katanya.

Baca juga:  Pengungsi Bingung Lunasi Hutang, Komisi VIII DPR Desak Perbankan Turun Tangan

Dia menjelaskan, saat ini tidak ada petani yang sampai membuang salaknya karena tidak laku dijual seperti sebelum-sebelumnya. Salak kini sudah diolah sedemikian rupa. Mulai dari dijadikan keripik, permen, sirup, minuman wine dan yang lainnya.

“Sekarang tidak ada petani yang membuang salaknya. Kalau dulu iya, karena tak laku dijual. Salak selain dijual di pasar area Karangsem, juga dijual ke luar Karangasem, seperti Buleleng, Denpasar. Bahkan salak Sibetan sampai dijual ke Lombok, NTB, termasuk Malayasia. Jadi, semua salak kini dimanfaatkan,” tandasnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Naikkan Nilai Ekonomi Salak, Ini yang Dilakukan Karangasem
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *