Aktivitas pedagang di Pasar Umum Jembrana. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Masa pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung hingga setahun ini berdampak pada sektor perdagangan di Jembrana. Dari catatan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jembrana, rerata omzet penjualan pedagang khususnya di pasar-pasar tradisional turun 50 persen bahkan 60 persen.

Hal tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya daya beli masyarakat menurun dan tumbuhnya usaha pedagang baru dampak dari PHK atau pemberhentian kerja.

Kepala Dinas Koperindag Jembrana, I Komang Agus Adinata, mengatakan daya beli yang menurun ini sangat berdampak pada pedagang, terutama di pasar tradisional. Tetapi, Dinas menyarankan sektor perdagangan akan tetap tumbuh setelah pandemi ini berakhir.

Baca juga:  Longsor, Dapur dan Toilet Warga Nyalian Tergerus

Karena itu, Dinas menyarankan kepada pedagang saat ini agar tetap bertahan dan tidak mengembangkan usahanya terlebih dahulu. “Yang perlu ditingkatkan adalah strategi pemasaran. Salah satunya melalui digital marketing. Misalnya dengan jasa antar, atau lainnya memanfaatkan teknologi digital. Di masa pandemi ini, jangan berharap penjualan meningkat lebih banyak,” kata mantan Camat Negara ini.

Dari pengecekan di pasar-pasar tradisional di Jembrana, omset pedagang rerata turun 50 persen, bahkan mencapai 60 persen. Itu dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat dan bertambahnya jumlah pedagang.

Baca juga:  Jepang akan Deklarasikan Darurat Nasional, Ini Wilayah yang Terimbas

Dari catatan Dinas Koperindag, di masa Pandemi ada 42 ribu usaha dagang (UMKM) yang tercatat Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) dan mendapatkan layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Naik 100 persen sebelum pandemi, sebanyak 27 ribu UMKM. “Dan masih ada potensi yang naik lagi (UMKM). Usaha mikro seperti membuat kue, tanaman hias dan sektor pertanian,” kata Adinata.

Pihaknya menganalogikan, daya beli masyarakat terbatas, lalu jumlah pedagang bertambah, tentu akan menyebabkan pembeli tergerus. Dari semula di satu atau dua titik pedagang, kini menyebar ke pedagang baru.

Baca juga:  Kasus BPD Bali, Penyidik Jadwalkan Pemeriksaan Direktur Hakadikon

Ditambah lagi saat ini daya beli menurun.
“Saran kami jangan tinggalkan ini (usaha perdagangan), sebab ini masih ada batasnya. Tidak permanen tahunan, nanti ketika pandemi berakhir pasti menggeliat lagi,” tambahnya.

Dinas juga menyarankan agar pengusaha yang memiliki dana tabungan lebih, agar investasi di pertanian. Tanam tanaman yang panen dalam periode setahun atau setengah tahun. Seperti vanili, cabai, bahkan bawang dan kacang tanah pun bila memungkinkan ditanam. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *