Salah satu pesawat di apron Bandara Ngurah Rai. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pemulihan sektor penerbangan domestik diprediksi mulai membaik pada awal 2022. Sedangkan dua tahun lagi, akhir 2023, untuk penerbangan internasional. Demikian disampaikan Pakar dan Peneliti Hukum Penerbangan dan Pembiayaan Pesawat Udara Universitas Pajajaran Prita Amalia.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia pun mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan dukungan Pemerintah dalam bentuk kebijakan dan regulasi sebagai strategi pemulihan sektor penerbangan. Seperti bantuan fiskal untuk pengurangan beban operasional,” kata Prita Amalia yang juga Tim Riset Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia/INACA, Kamis (15/4).

Dia juga menegaskan bahwa bangkitnya sektor transportasi di Indonesia merupakan tanda bangkitnya perekonomian Indonesia. Karenanya, vaksinasi merupakan game changer pemulihan sektor penerbangan di Indonesia.

Baca juga:  Kemenhub Terbitkan SE Operasional Angkutan Lebaran, Ini Pengaturannya

Ia menilai diperlukan adanya kebijakan atau regulasi untuk mengakselerasi program vaksinasi sehingga kekebalan masyarakat bisa segera terbentuk. Kemudian, terciptanya aktivitas masyarakat yang juga dapat mendukung sektor penerbangan.

Prita menjelaskan untuk merumuskan INACA White Paper pihaknya telah melakukan sejumlah kajian untuk proyeksi pemulihan sektor penerbangan. Diantaranya melalui aspek kesehatan terkait pengaturan vaksin dan pendistribusiannya.

Juga aspek stimulus ekonomi terkait dukungan Pemerintah untuk sektor transportasi udara dan aspek yang terakhir dari aspek kebijakan yang hal ini terkait regulasi pembatasan pergerakan orang dan regulasi yang berkaitan dengan kapasitas penerbangan.

Baca juga:  Dari Kasus Tanah Pura Samuan Tiga hingga BNNP Ungkap Kasus Narkotika Libatkan WNA

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja menjelaskan bahwa kajian INACA White Paper berupa proyeksi pemulihan industri penerbangan, berdasarkan hasil pembahasan dengan pihak eksternal melalui kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang telah diselenggarakan pada bulan Februari hingga April 2021.

Hal ini juga didasari bahwa industri penerbangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi virus COVID-19.

“Kita ketahui bersama bahwa kinerja pada tahun 2020 merosot sangat tajam dibanding tahun 2019. Seperti pergerakan trafik turun 43 persen dari 2,1 juta menjadi 1,2 juta, lalu penumpang turun 70 persen dari 91,6 juta menjadi 35,4 juta, disusul, angkutan kargo turun 65 persen dari 1,1 juta menjadi 429 ribu ton. Dan juga pada sektor pariwisata, wisatawan mancanegara turun 71 persen dari 16 juta menjadi 4,6 juta wisman,” katanya.

Baca juga:  Perlu Langkah Taktis Jaga Kesinambungan Bisnis Penerbangan

Karenanya, kata Denon, melalui INACA White Paper ini, disamping memberikan gambaran sekaligus langkah yang tepat untuk membangkitkan kembali sektor penerbangan, pihaknya juga memberikan informasi terkait aspek-aspek kekuatan dan peluang apa saja yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan dan pemulihan industri.

“Kajian ini nantinya diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan, pemerintah dan maskapai penerbangan, serta para pemangku kepentingan penerbangan lainnya, dalam menyusun berbagai strategi dan intervensi untuk memulihkan sektor penerbangan selama dan pasca pandemi COVID-19,” katanya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *