BANGLI, BALIPOST.com – Pada 2021 masyarakat Indonesia diteror dengan cuaca yang tidak menentu. Menurut Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari, Ph.D, di 2020 hingga 2021 menjadi tahun terbasah kelima di Indonesia dihitung sepanjang 40 tahun tepatnya sejak 1981.
Bencana alam, pohon tumbang, hingga penyakit-penyakit musiman timbul seiring dengan jangka waktu musim hujan yang berkepanjangan ini. Seperti dirundung ketakutan terhadap pandemi COVID-19 saja tidaklah cukup, musim ekstrem pancaroba semakin menekan kita agar senantiasa menjaga ketahanan tubuh.
Sehat menjadi suatu keharusan karena COVID-19 telah mengubah pandangan semua orang terhadap orang yang sedang sakit. Ketika banyak yang skeptis dan khawatir untuk berobat ke rumah sakit, tidak sedikit pula yang kembali beralih pada ramuan-ramuan herbal.
Penyembuhan secara holistik di kalangan lokal sesungguhnya masih sangat populer. Mayoritas masih mengandalkan minyak maupun obat berbahan alami sebagai pertolongan pertama, bahkan sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk ke rumah sakit.
Bermodal keinginan membantu menjaga kesehatan warga lokal melalui produk yang praktis, aman, dan memberikan hasil nyata, Kadek Budiartawan memproduksi Minyak Balur Wiku. “Minyak organik kami terlahir di sebuah wilayah terpencil di Bali yang mayoritas penduduknya mengandalkan hasil perkebunan untuk bertahan hidup, tepatnya di Desa Susut, Bangli,” sebut Budiartawan.
Minyak Balur Wijaya Kusuma yang kemudian disingkat menjadi Wiku, notabene merupakan nama sebuah tanaman yang tersohor dengan keindahannya, wewangian bunga, dan terpenting dikenal karena khasiatnya sebagai tanaman obat. Ia mengatakan pihaknya saat ini sudah mengembangkan 3 varian minyak balur Wiku. Perbedaannya terletak pada pengemasan, volume, dan grade tanaman herbal yang diberdayakan.
Untuk varian Gold dibuat dengan komposisi ekstrak dan kandungan bahan grade 1 yang diproduksi di daerah khusus; menghasilkan minyak balur dengan khasiat lebih maksimal. Khususnya varian pertama, Black, yang terlaris, datang dalam 2 kemasan, yaitu volume 100ml dan 30ml.
“Ada banyak cerita di balik rampungnya produk kebanggaan kami ini di tahun 2018. Riset yang dilakukan sangat komprehensif karena ada berbagai spesies tanaman yang memiliki properti kesehatan. Dengan kenyataan tersebut, kami harus bijak untuk menentukan bahan herbal yang luar biasa berkhasiat tersebut serta metode untuk menggabungkan segala keajaiban itu menjadi satu buah produk minyak yang berkualitas dalam kemasan,” ujarnya.
Terdapat 45 macam tanaman herbal yang diformulasikan. Meraciknya pun mengaplikasikan metode tradisional berdasarkan tradisi warisan leluhur Nusantara dari desa herbal di Bali.
Komposisi minyak balur Wiku, diantaranya, wijaya kusuma, minyak wijen, minyak zaitun, kayu susu, sereh, pasak bumi, prana jiwa, jintan hitam, kayu putih, cendana, bunga kamboja, bunga lawing, dan lainnya.
“Mempertimbangkan harga juga salah satu hal yang kami perhatikan agar produk kesehatan ini tetap terjangkau di berbagai kalangan masyarakat. Kami menemukan bahwa hingga saat ini fasilitas kesehatan masih belum dapat dinikmati semua orang dan hal tersebut sangat menyedihkan karena masyarakat utamanya di daerah perdesaan kerap kali terkendala jarak untuk mencapai klinik kesehatan. Harapan terbesar kami dengan adanya Minyak Balur Wiku bukanlah ingin menggantikan peran dokter medis namun lebih sebagai pelengkap dan katalis agar tingkat kesembuhan menjadi lebih meningkat sekaligus memperbaiki jalur energi tubuh penggunanya,” paparnya.
Komponen-komponen natural yang diintegrasikan dalam Minyak Balur Wiku menjadikan produk ini gampang diserap kulit. Juga, dapat dipakai di segala usia, baik bayi, anak-anak, sampai dengan usia lanjut. Aman untuk digunakan di segala usia karena tidak mengandung bahan pengawet.
“Kami menyarankan pengguna Minyak Balur Wiku untuk melakukan terapi intensif dengan rajin membalur bagian tubuh yang sakit hingga kondisi kembali prima,” sarannya.
Ia menyebutkan, hingga kini, beberapa penyakit yang kerap menjadi langganan minyak balur Wiku adalah gangguan persendian seperti asam urat, rematik, pegal linu, gangguan pencernaan, menambah vitalitas seksual, menjaga stamina, semua jenis luka, menghilangkan segala jenis gatal, cleansing, whitening, membantu penyakit degeneratif dan masih banyak lagi.
“Seiring dengan bertambahnya komentar positif masyarakat yang membuktikan khasiat Minyak Balur Wiku herbal sendiri. Pemasarannya yang pada awalnya hanya mencakup wilayah Bangli dan sekitarnya, kini dengan peranan sosial media, mulai dikenal dan berhasil merambah pasaran seluruh wilayah Indonesia dengan bantuan agen-agen yang tersebar seantero negeri maupun platform online marketplace,” jelas Budiartawan.
Pada 28 Februari, pihaknya juga melakukan agent-gathering untuk berkumpul dengan 8 distributor yang tersebar di sejumlah kabupaten di Bali. Pertemuan dibatasi jumlah pesertanya dengan tetap menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
Kegiatan yang berlangsung di Pabrik Wiku Herbal di Desa Susut memberikan sedikit pengetahuan tentang Wiku dan visi yang ingin dicapai. Tujuannya utamanya agar membangkitkan semangat teman-teman agen agar memiliki pemahaman dan cita-cita yang selaras.
“Misi kami untuk Minyak Balur Wiku adalah melestarikan sebagian dari tradisi nenek moyang dengan mengenalkannya hingga pasar mancanegara. Besar harapan kami untuk mewujudkan keinginan tersebut dengan mengembangkan produk berkualitas terbalut dalam kearifan lokal Bali,” pungkasnya. (Adv/balipost)