Suasana persembahyangan di Pura Dasar Buana Gelgel. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Serangkaian pujawali Pemacekan Agung, Soma Kuningan, Senin (19/4), Pura Dasar Buana Gelgel, Klungkung, sudah mempersiapkan diri menerima kehadiran pemedek dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebab, meski pujawali berlangsung Senin, para pamedek sudah datang ke pura sejak Minggu (18/4).

Rencananya, terkait Pujawali Ida Batara jenek nyejer selama tiga hari. Sehingga bagi umat Hindu dipersilahkan mengatur waktu untuk melakukan persembahyangan.

Sekretaris Desa Adat Gelgel Gede Eka Semaya Putra, mengatakan antusias umat Hindu ke Pura Dasar Buana Gelgel setiap ada pujawali selalu tinggi. Sehingga pihaknya selalu harus melakukan persiapan yang matang untuk menyambut kehadiran pamedek.

Terutama di tengah pandemi COVID-19, guna mencegah terjadinya kerumunan saat umat berdatangan. Pantauan di lokasi menunjukkan umat dari berbagai daerah di Bali datang secara bertahap ke areal pura dan melakukan persembahyangan dengan tetap menjaga jarak.

Baca juga:  Desa Adat Tulikup Kaler Miliki Program “Si Pikat”

Petugas penyangra hadir di area pura dari banyak unsur. Seperti Pengurus Desa Adat Gelgel, Petugas Pecalang, Hansip, Jro Mangku Pengayah, Babinkamtibmas dan Babinsa, Petugas RAPI dan ORARI, termasuk pengayah dari 28 banjar adat se-wewengkon Desa Adat Gelgel. “Kami melakukan persiapan secermat mungkin, agar umat yang datang tetap memperhatikan protokol kesehatan,” katanya.

Semaya Putra menambahkan, untuk rangkaian upacara, dimulai dari nedunang Ida Batara Minggu (18/4), puncak Pujawali Pemacekan Agung pada Senin (19/4), pelaksanaan bakti penganyar selama nyejer, sebelum pujawali masineb pada Kamis (22/4) sekitar pukul 13.00 WITA. Ia selalu mewanti-wanti untuk para pamedek yang tangkil agar mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga:  Sambut Baik PTM, Sekolah akan Terapkan Prokes Ketat

Sementara mengenai tempat parkir mobil disiapkan di Lapangan GOR Swecapura. Khusus untuk parkir sepeda motor disiapkan di depan Kantor Desa Gelgel.

Sebelumnya, tokoh budaya dan agama, Dewa Ketut Soma pernah menyampaikan rangkaian Pujawali Pemacekan Agung sangat erat kaitannya dengan sejarah keberadaan Pura Dasar Buana Gelgel. Sebab, dalam kisahnya setelah pura ini selesai dibangun, Dalem Gelgel kala itu mengumpulkan semua rakyat, semua warga, untuk menyatukan diri, agar semua warga pada ngelingin kawitnya.

Baca juga:  Desa Adat Nyanglan Gelar Ngaben Massal

Tujuannya untuk eling ring ayah-ibu, dasarnya dan kawitnya. Penyatuan pengukuhan semua warga ini dinamakan Pemacekan Agung, bukan saja pemacekan (5 hari setelah Galungan dan 5 hari menjelang Kuningan).

“Kata Pemacekan ini mengandung makna dalam, dari bahasa pacek yang artinya tekenan, tanda tangan, serta agung artinya besar. Pemacekan Agung pengukuhan penyatuan semua warga. Sedangkan fungsinya sebagai pura penyatuan semua warga dari tatakan yang sama, dasar yang sama, untuk menyatukan diri eling ring kawit, eling mesolah, eling mekerthi, agar sida mesila-mesolah nangun tapa-nangun kerthi yang diperingati setiap Pemacekan Agung,” tegas tokoh yang sering dilibatkan dalam upacara agama besar di Klungkung ini. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *