AMLAPURA, BALIPOST.com – Karangasem mesti bangkit di tengah keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan. Saat ini perekonomian Karangasem sedang jebol. Guna membangkitkan perekonomian tersebut, Pemkab Karangasem harus berkomitmen bulat untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang produktif.
“Hingga saat ini galian C masih menjadi andalan Karangasem, terutama setelah ada rencana mau dinaikannya retribusi dan pajak serta harga di galian C,” kata Prof. I Nyoman Suparta, Rabu (21/4).
Suparta yang merupakan putra daerah Karangasem menegaskan, Pemkab Karangasem mesti serius melaksanakan hasil riset kalangan akademisi dan dunia kampus. Sebetulnya sudah ada hasil pemetaan pertanian daerah Karangasem sejak dulu dari kalangan akademisi. Kota Amlapura, Abang, dan Manggis itu cocok untuk kebun buah, pisang, sabo, kelapa, apokat, tuak, arak, dan lainnya.
Daerah Bebandem, Selat, Rendang dan Sidemen sangat pas untuk pengembangan padi, vanili, jeruk, salak, duren, wani, sayur-mayur, tuak, arak, dan lainnya. Sementara itu daerah Kubu, cocok untuk jambu mente, jeruk, kelapa, dan lainnya serta tuak dan arak.
Konsep ini, kata dia, sudah bagus disesuaikan dengan kondisi tanah dan cuaca. Hanya tinggal perbaikan pola pertanian, penerapan teknologi, komitmen SDM, jiwa kewirausahaan, kelembagaan, pascapanen, pengolahan (agroindustri pedesaan), dan pemasaran hasil. “Karena itu, komitmen Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan harus bekerja ekstra kuat untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Suparta yang juga Ketua Forum Sekar alias Semeton Karangasem ini mengingatkan, bila hal ini bisa ditingkatkan, maka akan cukup bisa menggerakkan perekonomian Karangasem. Jadi, pola pertanian dari hulu ke hilir harus digerakkan di Karangasem agar nilai tambahnya tumpah ruah di Karangasem. “Kata kuncinya adalah komitmen pemerintah beserta dinasnya untuk membentuk manusia produktif, manusia berjiwa dan berperilaku wirausaha, manusia berkomitmen di segala aspek,” ujarnya.
Pengamat pertanian, Dr. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A. membenarkan kajian akademis soal potensi pengembangan pertanian di lahan kering termasuk peternakan sudah ada. Tinggal mau tidak pemimpin baru Karangasem menjalankannya. Sebab, sangat berbahaya jika Karangasem selamanya bergantung pada hasil galian C sebagai sumber kekayaan alam yang cepat habis dan berpotensi merusak lingkungan.
Tak kalah pentingnya, Pemkab Karangasem harus memaksimalkan SDM yang menggerakkan sektor ekonomi dan diversifikasi ekonomi tersebut. Jangan senua warga Karangasem merantau keluar, bahayanya siapa yang akan mengerjakan potensi tersebut. “Potensi akan tetap potensi jika tak dikerjakan. Di sinilah pentingnya mengelola SDM daerah. Hal ini pernah dialami Philipina. Mereka kewalahan mengelola potensi alam karena sebagian besar warganya bekerja di luar negeri,” katanya mengingatkan.
Sementara itu, pengamat ekonomi Viraguna Bagoes Oka mengakui, lahan pertanian di Karangasem relatif terbatas ditambah APBD Kabupaten Karangasem Tahun 2021 masih mengalami defisit Rp 44,123 miliar cukup menyulitkan pengembangan ekonomi Karangasem dalam satu hingga dua tahun ke depan di era pandemi global ini. Kendati demikian, ada beberapa potensi yg masih bisa diupayakan oleh Pemkab Karangasem.
Menurut Viraguna Bagoes Oka, kepemimpinan baru Kabupaten Karangasem yang berasal dari PDI-P dan didukung beberapa kabupaten/kota dan Provinsi Bali yang satu partai jauh lebih mudah untuk berkiprah ke pemerintah provinsi/pusat dalam mengkoordinasikan dan akses dukungan pendanaan dalam upaya membangun perekonomian Karangasem. Meskipun lahan pertanian di Karangasem terbatas, namun dari lahan yang tersedia masih besar potensi yang bisa dimaksimalkan dengan pola intensifikasi pertanian era baru dengan mindset dan pola kerja SDM krama Karangasem yang lebih kreatif, dan produktif.
“Dengan etos kerja petarung yang jadi ciri utama krama Bali dari Karangasem, dengan kepemimpinan bupati baru yang muda dan enerjik adalah prospek yang cukup memberi harapan,” katanya.
Viraguna Bagoes Oka menambahkan, lahan non pertanian di Karangasem yangg cukup luas juga dapat dioptimalkan untuk alternatif tanaman era baru yang sangat prospektif. Yakni, tanaman ekspor porang di mana permintaan dunia sangat tinggi untuk bahan kosmetik dan tepung yang cocok di daerah tropis seperti Bali Timur asal penanamannya diintesifkan pada saat mulainya musim hujan (September-Oktober).
Sumber pembiayaan awal, kata dia, bisa dengan mengoptimalkan peran dan partisipasi konkrit BPD Bali dengan mindset baru sebagai Bank Krama Bali. “Dengan dilibatkannya peran aktif BPD Bali sebagai bank krama Bali, maka target dan kinerja BPD Bali sebagai agen pembangunan daerah, kabupaten/kota akan lebih transparan, akuntabel, terukur, semakin konkrit dan nyata sesuai misinya bahwa BPD Bali sebagai bank milik krama Bali berbasis agent of development,” tegasnya. (Sueca/Citta Maya/balipost)