Ratusan Warga Nusa Penida memadati Pelabuhan Sampalan Nusa Penida. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pelabuhan Rakyat di Kusamba tak lagi seramai dulu. Situasinya sangat lengang. Bahkan, lengang sampai di dalam fast boat. Penumpang memang sudah jauh berkurang, jika dibandingkan ketika pariwisata Nusa Penida sedang viral-viralnya. Usaha fast boat rute Kusamba-Nusa Penida pun merugi, tak berdaya menghadapi situasi ini.

Meski dalam posisi tertekan, sejauh ini jasa penyebrangan fast boat masih beroperasi. Berapa pun jumlah penumpang yang naik, baik dari Pelabuhan Rakyat Tri Buana, Banjar Bias Maupun Kampung Kusamba, tetap terangkut dan berangkat sesuai jadwal. “Artinya, penuh atau tidak penuh boatnya, tetap berangkat,” kata Pengelola Fast Boat Sekarjaya, Wayan Gitawan, Jumat (23/4).

Gitawan mengakui sejak terjadi pandemi dalam setahun terakhir, penumpang dari dan ke Nusa Penida semakin jauh berkurang. Situasi demikian disikapi dengan mengurangi jumlah trip penyebrangan. Dari semula biasanya bisa sembilan kali trip per hari menjadi maksimal hanya lima kali. Itu pun tidak semua fast boat bisa terisi penuh penumpang.

Baca juga:  Suiasa Janjikan Pasar Tenten Jadi Permanen dan Bertingkat

Saat ini, sekali trip penyebrangan rata-rata hanya mengangkut penumpang sebanyak 50 orang, dari situasi normal biasanya mencapai 100 orang sampai 120 orang. Sebab, kalau dulu aktivitas penyebrangan cukup ramai, karena ada kunjungan wisatawan, kegiatan padat pemerintahan ke Nusa Penida dan aktivitas warga Nusa Penida yang bolak – balik pulang kampung, khususnya saat hari raya.

Situasi ini juga membuat pihaknya terpaksa melakukan pemangkasan gaji sekitar 50 karyawannya hingga 60 persen. Itu pun pemberian gajinya tanggalnya tidak menentu. Bisa akhir bulan atau pertengahan bulan, karena saking sepinya usaha penyebrangan saat ini. Penyesuaian juga dilakukan pada 4 fast boat yang saat ini beroperasi secara bergiliran. Bedanya, kalau dulu seluruh fast boat beroperasi penuh.

Baca juga:  Ancam Gunakan Pistol, Warga Nusa Penida Ditahan

Situasi ini mengakibatkan pihaknya sebagai pengelola penyebrangan merugi puluhan juta rupiah tiap bulannya, sejak terjadi pandemi ini di Bali. Karena biaya maintenance mesin fast boat dan kepengurusan surat-suratnya dengan biaya tinggi, tetap harus berjalan. Namun, pihaknya tetap menerima dampak itu sebagai resiko dalam dunia bisnis. Sehingga ia mengaku masih berusaha tetap tenang, sembari berharap situasi segera pulih.

Dengan berkurangnya jumlah trip, otomatis jadwal penyebrangan juga berkurang. Namun, para penumpang yang biasa menggunakan jasa fast boat dapat memakluminya. Apalagi aktivitas warga Nusa Penida juga sudah jauh berkurang. “Semoga aktivitas masyarakat segera berlangsung normal lagi. Pariwisata pulih. Semua diberikan kesehatan,” tutup Gitawan.

Hal serupa juga disampaikan Pengelola Fast Boat Gangga Express, Made Sinta. Ia sendiri sempat berharap adanya peningkatan penyebrangan saat hari raya, seperti Galungan dan Kuningan. Namun, yang terjadi tak sesuai ekspektasinya. Karena saat momen Galungan dan Kuningan ini, arus mudik tidak terlalu ramai, karena banyak warga sudah lebih dulu balik pulang kampung dan memilih menetap sementara di Nusa Penida. Lantaran di Bali Daratan sudah minim pekerjaan, akibat pandemi COVID-19.

Baca juga:  PSI Pendatang Baru, PDI-P dan NasDem Tambah Kursi di DPRD Denpasar

“Saya sendiri naik (boat) dari Nusa Penida (Pelabuhan Sampalan) ke Kusamba (Pelabuhan Tri Buana) saat Galungan. Penumpangnya saat itu hanya 14 orang, dari kapasitas boat standar sekitar 100 orang. Penumpangnya sepi sekali,” kata Sinta.

Ia berharap situasi dampak pandemi ini segera berakhir. Pariwisata kembali bangkit dan denyut ekonomi Bali kembali hidup. Sehingga akan menghidupkan kembali aktivitas masyarakat dari dan ke Nusa Penida. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *