MANGUPURA, BALIPOST.com – Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan pada tiga hari lalu telah diisyaratkan submiss terhadap KRI Nanggala-402. Pada fase tersebut, pihaknya telah mengerahkan unsur-unsur TNI AL dan unsur lain.
TNI AL saat itu mengerahkan 16 KRI dan 5 pesawat udara yang masih melaksanakan pencarian. Khususnya unsur yang mempunyai kemagnetan tinggi.
Terkait pencarian temuan kemagnetan tinggi dibantu 4 kapal Polri dan 2 kapal Basarnas serta 1 kapal Bakamla. Ada pula bantuan dari negara sahabat.
Saat ini ada kapal dari Australia, dan yang masih dalam perjalanan yang diperkirakan malam ini tiba yakni MV Swift Rescue dari Singapura dan Malaysia MV Mega Bakti. “Sampai saat ini terus dilakukan pengecekan kontak-kontak bawah air,” katanya saat memberikan keterangan pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Sabtu (24/4).
Ia mengungkapkan pada beberapa hari lalu sampai dini hari tadi telah ditemukan kepentingan dan barang-barang yang diyakini merupakan komponen dari KRI Nanggala. Ini, katanya, merupakan komponen yang melekat di kapal selam dan tidak mungkin terangkat ke luar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur terpedo.
“Barang-barang ini diyakini milik KRI Nanggala, dan tidak dimiliki oleh kapal lain. Dari saksi mantan ABK Nanggala dan komunitas kapal selam, diyakini ini adalah barang milik KRI Nanggala,” sebutnya.
Adapun barang-barang seperti pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin dengan bertuliskan Korea, karena tahun 2012 KRI Nanggala pernah diperbaiki di Korea.
Di dalam botol berwarna orange, terdapat pelumas, ditemukan juga alas yang biasa dipakai ABK untuk sholat. Sementara itu, terdapat pula temuan spons untuk penahan panas pada press room serta selang solar.
Dengan adanya bukti otentik yang diyakini milik KRI Nanggala, pihaknya mengisyaratkan adanya peningkatan status menjadi fase Subsunk. Pada fase ini akan dilakukan evaluasi untuk ABK yang diyakini masih selamat.
Ia pun mengungkapkan keprihatinan pada keluarga kru Hiu Kencana dan keluarga awak kapal selam atas kejadian yang tidak diharapkan. “Dengan adanya kejadian ini, untuk unsur yang masih melakukan pendeteksian, akan terus bekerja keras. Karena dari yang dideteksi pada kedalaman 800 m, memiliki kesulitan tinggi. Jadi sangat riskan dan memiliki kesulitan tinggi. Sehingga dengan kesulitan ini kita tetap jalankan untuk pengangkatan maupun evakuasi,” terangnya.
Kapal selam buatan Jerman Barat pada 1981 tersebut hilang kontak saat sedang berlatih penembakan torpedo di perairan Bali, Rabu (21/4), pukul 03.00 WITA. Hingga pukul 03.30, geladak haluan kapal selam tersebut masih bisa terlihat oleh tim sea rider dari jarak 50 meter.
Selanjutnya, mulai pukul 03.46, KRI Nanggala-402 mulai menyelam dan tidak terlihat di permukaan air laut. Sejak saat itu, KRI Nanggala-402 tidak memberikan respons meski terus dimonitor.
Seharusnya, KRI Nanggala-402 muncul ke permukaan pada Rabu (21/4) pukul 05.15. Namun hingga kini, keberadaan kapal selam tersebut masih dalam pencarian. (Yudi Karnaedi/balipost)