Oleh Haris Zaky Mubarak, MA
Di tengah ketidakpastian dampak pandemi Covid-19, target menciptakan pemertaan ekonomi sekaligus menahan terjadinya penurunan produk domestik bruto. Namun dalam upaya pemerataan ekonomi diperlukan komitmen ekonomi politik yang kuat untuk menggeser perekonomian ke luar Jawa.
Terlebih jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS 2020) yang menunjukkan grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif per Januari-Desember 2020 menglami nilai minus sebesar 2,07 persen. Maka target pemerataan ekonomi selama masa pandemi Covid-19 akan sangat sulit terealisasi.
Struktur perekonomian yang berjalan hingga akhir tahun 2020 secara spasial masih didominasi kelompok provinsi di pulau Jawa dengan kontribusi produk domestik bruto (PDB) 58,75 persen. Hal ini pula yang terjadi di Provinsi Bali. Total perekonomian Bali pada tahun 2020 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 224,21 triliun. Atau jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp 147,55 triliun.
Dengan capaian tersebut, ekonomi Bali triwulan IV/2020 tercatat tumbuh sebesar 0,94 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Ekonomi Bali lanjut bertumbuh dari periode triwulan sebelumnya di tengah tekanan pandemi yang masih melanda pada triwulan IV/2020. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), maka dapat disimpulkan jika ekonomi Bali pada triwulan IV/2020 mengalami pertumbuhan negatif yakni sedalam-12,21 persen.
Serapan ekonomi Bali pada 2020 masih didominasi penyediaan akomodasi dan makan minum yang secara akumulatif tercatat telah berkontribusi sebesar 18,37 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada komponen konsumsi rumah tangga yaitu 54,06 persen. Kecilnya kontribusi ekonomi yang berjalan tahun lalu, mengisyaratkan analisa jika pada 2021 tak akan ada perubahan ekonomi yang signifikan.
Menata Keseimbangan
Menyikapi turunnya serapan perekonomian Bali akibat dampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu. Gubernur Bali I Wayan Koster menyatakan akan lebih fokus dalam menata seluruh lapisan sektor perekonomian Bali pada 2021. Salah satunya dengan menyeimbangkan struktur perekonomian Bali yang saat ini masih didominasi sektor pariwisata. Gubernur Bali berkeinginan untuk menyeimbangkan serapan produktif ekonomi di luar sektor pariwisata.
Oleh sebab itu, Gubernur Bali sangat berharap jika semua kepala daerah di Bali dapat memahami seluk beluk potensi ekosistem perekonomian yang ada di seluruh kawasan Bali supaya pemerataan ekonomi dapat terlaksana secara baik mulai dari level mikro hingga pada level makro. Selama masa pandemi Covid-19 ini, diluar pemulihan sektor pariwisata pemerintah provinsi Bali tampak menggiatkan kembali konsep pola pertanian tradisional di Bali yang selama ini kurang mendapatkan atensi secara serius dari pemerintah Provinsi Bali.
Jika dikelola secara baik kegiatan usaha seperti berternak, bertani, dan berkebun akan memberi keuntungan yang signifikan bagi pendapatan masyarakat Bali selama masa pandemi Covid-19. Ambil contoh dalam pengelolaan bisnis kopi Bali, meskipun kondisi perekonomian secara umum tercatat mengalami kontraksi selama pandemi, konsumsi kopi dan minuman olahannya tercatat justru mengalami peningkatan.
Jika Provinsi Bali secara khusus memberi proyeksi pemerataan ekonomi baru yang dapat menunjang struktur ketahanan perekonomian Bali selama masa pandemi Covid-19. Maka pemerintah pusat idealnya juga melakukan pola terobosan lain yang mampu memberi banyak dorongan kontributif bagi pengembangan ekonomi daerah. Sampai hari ini, realisasi penggunaan anggaran Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) yang lebih dari Rp 500 triliun nyatanya masih belum memberi pengaruh yang kuat bagi pemulihan dan pemerataan ekonomi daerah.
Secara analitis, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 masih akan terkontraksi secara dalam meskipun secara per triwulanan akan ada perbaikan. Penyebaran Covid-19 yang masih sulit dikendalikan masih akan mempengaruhi perbaikan permintaan dan penawaran yang terjadi dalam banyak lintas lokasi dan segmentasi ekonomi.
Penulis, Direktur Jaringan Studi Indonesia