Ketut ‘Banat’ Ariana (BP/Nel)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali hanya meloloskan seorang lifter angkat besi yakni Ketut ‘Banat’ Ariana. Akan tetapi, sejauh ini Banat belum tahu akan diturunkan di kelas berapa, sebab masih menunggu calon lawan yang dihadapi. Kendati demikian, Banat hanya memberi ancar-ancar dirinya akan turun di kelas 73 kg, 81 kg, atau 96 kg.

Ditemui saat latihan di Denpasar, Selasa (4/5), Banat menyatakan, soal turun di kelas berapa, merupakan salah satu taktik dan strategi, guna memuluskan langkah menyabet medali. “Saya kira ini merupakan salah satu dari taktik dan strategi, serta membaca kemajuan angkatan lawan,” cetus Lifter kelahiran Jembrana, 6 September 1990 ini.

Baca juga:  Desa Wisata Bahari Kalibukbuk Terima Bantuan Konservasi Terumbu Karang

Diakuinya, selama pandemi covid-19 ini hampir tidak ada kejuaraan angkat besi. Karena itu, Banat hanya memantau perkembangan kemajuan angkatan atlet pelatnas. “Saya memonitor perkembangan angkatan lifter pelatnas dari kejuaraan di mancanegara,” sebut suami Kadek Diah ini.

Ia menegaskan, selama ini dirinya pernah menyumbang emas pada SEA Games di Malaysia (2017). Sebaliknya, selama Banat tampil di PON harus puas merebut medali perak, pada PON di Riau (2012), serta di Jabar (2016). Banat punya secuil pengalaman yang memilukan saat tampil membela Indonesia, pada ajang Asian Games (AG) di Indonesia (2018).

Baca juga:  Ini, Peraih Nilai Tertinggi UN SMA di Bali

Dikisahkan, saat itu sederet negara yang memiliki lifter tangguh terkena sanksi dari federasi angkat besi internasional, berupa pelarangan atletnya tampil dalam berbagai event selama dua tahun. Apalagi, Banat sukses pada angkatan clean and jerk 195 kg. “Angkatan saya ini merupakan yang tertinggi, dibandingkan atlet dari negara kontestan lainnya,” kenang dia.

Sayangnya, menjelang dirinya melakukan angkatan snatch, diinstruksikan pelatih mengangkat barbel di ruang latihan. “Celakanya, saat mengangkat barbel itulah saya mendapatkan cedera serius, hingga dioperasi,” keluh ayah dari Putu Arya Wedananta (4 tahun). Akibatnya, Banat batal melakukan angkatan snatch, hingga medali emas yang sudah di depan mata sirna seketika. “Saya kalau ingat peristiwa itu menyesal sekali, sebab tinggal melakukan angkatan snatch, saya kira medali emas sudah di tangan,” ucapnya.

Baca juga:  Cegah Penyebaran COVID-19, Mal di Bandung Tutup hingga Akhir Mei

Penyesalan itu, kata dia, akan ditebus saat tampil membela Bali pada PON di Papua, Oktober mendatang. “Kemungkinan PON Papua merupakan penampilan saya yang terakhir, sedangkan Pra PON berikutnya saya bisa ikut, tetapi tiket tampil di PON saya berikan kepada atlet junior,” ujarnya. Banat juga prihatin terhadap prestasi lifter Bali. Apalagi saat ini sama sekali tidak ada yang menghuni pelatnas. (Daniel Fajry/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *