Pekerjaan
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bonus demografi yang ditandai dengan proporsi penduduk usia produktif lebih besar yaitu 70,96 persen dibandingkan lansia dan balita, kini justru menjadi kekhawatiran baru. Sebab, jumlah penduduk usia produktif tidak berimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan di Bali.

Kepala Pusat Penelitian Kependudukan SDM Universitas Udayana (Unud) Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si., Senin (3/5) mengatakan, bonus demografi merupakan momentum bagi Bali menggenjot pemulihan ekonomi berbasis pada SDM kreatif berbudaya unggul. Persyaratan penting agar Bali mampu meraih bonus demografi tergantung keberhasilan peningkatan produktivitas melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) kreatif.

Dilihat dari pendidikan formal, kualitas para pekerja Bali telah mengalami peningkatan. Indikatornya terjadi penurunan proporsi pekerja yang tamat SD dan SMP dan meningkatnya tenaga kerja lulusan SMA, SMA kejuruan, dan universitas. “Namun produktivitas pekerja masih memerlukan perhatian serius. Artinya, peningkatan kualitas pekerja tersebut belum cukup memadai untuk meraih bonus demografi,” ungkapnya.

Baca juga:  Presiden Ajak Hipmi Kawal Peluang Bonus Demografi

Hanya saja disayangkan dampak pandemi Covid-19 menekan optimalisasi pemanfaatan bonus demografi. Tantangan dalam pemanfaatan bonus demografi disebabkan terbatasnya anggaran yang banyak difokuskan untuk penanganan Covid-19.

Oleh karena itu, menurutnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai bagian upah membangun optimisme pemulihan ekonomi Bali. Di antaranya optimalisasi penanganan Covid-19 melalui peningkatan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan, peningkatan cakupan 3 T (testing, tracing, therapy) dan cakupan vaksinasi.

Baca juga:  Penerbangan Reguler ke Bali Dibatasi, Pelaku Perjalanan Diminta Antisipasi Perubahan Jadwal

Optimalisasi pemulihan ekonomi dengan perpaduan program pusat dan daerah dengan optimalisasi realisasi anggaran pemerintah. Peningkatan SDM kreatif, di tengah keterbatasan anggaran dan optimalisasi pemanfaatan bonus demografi, tidak hanya bisa dilakukan pemerintah mengingat anggaran yang lebih banyak dialihkan untuk penanganan COVID-19. Maka peran perguruan tinggi, diploma dan juga pendidikan kejuruan serta berbagai komunitas kreatif dalam mengembangkan SDM kreatif berkarakter unggul menjadi sangat penting.

Selain itu, kata dia, dalam kerangka optimalisasi pemanfaatan bonus demografi pengembangan investasi pada penciptaan kesempatan kerja berkualitas juga menjadi bagian penting peningkatan produktivitas. Panjang pendeknya durasi waktu bonus demografi tergantung pada keberhasilan daerah dalam pengendalian penduduk, khususnya penduduk muda.

Baca juga:  Pengetatan PPKM Mikro Tak akan Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Kelahiran yang cenderung meningkat akan memperpendek era bonus demografi. Sebaliknya apabila angka kelahiran tetap dapat dikendalikan, bonus demografi dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Paradoks (hal yang berlawanan atau bertentangan) bonus demografi akan terjadi apabila kualitas penduduk rendah, tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan adalah salah satu ciri dari paradoks bonus demografi. “Pandemi covid-19 sangat potensial meningkatkan paradoks bonus demografi,” umgkapnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *