SINGARAJA, BALIPOST.com – Kawasan hutan, baik yang dikelola Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Utara menjadi ekosistem kawanan kera liar. Belakangan ini, kawanan kera di kawasan hutan di Buleleng Barat itu banyak berkeliaran di bahu jalan Nasional Singaraja – Gilimanuk.
Diduga, fenomena ini terjadi karena adanya kebiasaan pengguna jalan memberi pakan untuk kawanan kera tersebut. Karena seringnya pengendara melakukan itu, semakin lama kawanan kera yang berkeliaran bertambah banyak.
Kepala TNBB Agus Ngurah Krisna dihubungi Minggu (9/5), membenarkan banyaknya kawanan kera berkeliaran di luar ekosistemnya. Agus Krisna mengatakan, fenomena ini terjadi mulai sekitar tahun 2000 yang lalu.
Awalnya, kawanan kera liar ini hidup dengan mengantungkan makanan yang tersedia di dalam hutan. Biasanya, kawanan kera liar ini baru ke luar hutan untuk mencari makan ketika menginjak musim kemarau.
Ini karena ketersedian pakan alami di dalam hutan mulai menipis, namun menginjak musim hujan pesedian makanan kembali normal, sehingga tidak smapai kawanan sampai ke pinggir hutan atau hingga di sisi jalan.
Belakangan, lawanan kera ini keluar ekosistemnya di tengah hutan. Bahkan, sepanjang musim kawanan kera liar yang endemis di dalam kawasan Hutan Bali Barat ini berkeliaran di pinggir hutan.
Kondisi ini semakin parah karena mereka hidup bergerombol di sepanjang bahu jalan Nasional Singaraja – Gilimanuk. “Kalau dari pengamatan dan pengawasan yang menjadi kewenangan kami (TNBB) itu memang banyak kawanan kera yang berkeliaran di bibir hutan dan pinggir jalan. Jumlahnya semula sedikit, namun semakin lama sampai sekarang terus bertambah banyak,” katanya.
Sejak kawanan kera liar itu berkeliaran di bahu jalan raya, Krisna menyebut pihkanya telah melakukan patroli di lapangan. Dari pemantauan itu, kemunculan kera di pinggir jalan raya ini karena pengguna jalan yang melintas secara tidak sengaja memberi pakan ke kawanan kera. “Sering kami temukan pengendara memberi pakan dan bahkan ada yang sengaja berhenti dan kondisi ini membuat sekarang begitu banyak kawanan kera di sisi jalan. Kawanan kera ini pun seperti tidak ada yang kembali ke habitat asalnya, karena ketergantungan pakan yang diberikan para penggun jalan,” jelasnya.
Tidak ingin kondisi ini menganggu ekosistem kera liar di kawasan TNBB, pihaknya gencar melakukan edukasi dengan pemasangan papan pengumuman dan rambu yang bertuliskan larangan memberi makan kera di pinggir jalan.
Sayangnya, edukasi ini belum berhasil maksimal. “Kalau semakin banyak kera di pinggir jalan, takutnya ini akan mengancam keselamatan hewan itu sendiri bisa saja tertabrak kendaraan saat berebut makanan. Kami himbau kuntuk mengurangi atau tidak memberi pakan di pingir jalan, sebab di dlama kawasan hutan ketersedian pakan alam juga terjaga dengan baik dan masih mencukupi,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)