JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah Indonesia diminta untuk siap siaga dalam mengantisipasi ancaman “tsunami” COVID-19 usai Lebaran. “Iya harus sudah diantisipasi bahwa akan terjadi lonjakan yang cukup besar, jadi tinggal siap-siap saja, rumah sakit disiapkan, tempat-tempat pemakaman disiapkan,” kata Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (11/5).
Pandu menuturkan meskipun mudik dilarang, namun ternyata warga tidak bisa dilarang mudik, buktinya masih ada yang bisa lolos mudik. Untuk pengendalian COVID-19, semua pihak harus bekerja sama termasuk masyarakat agar tidak melakukan mobilitas tinggi, tidak mudik, dan tidak berkerumun. Masyarakat juga harus menerapkan protokol kesehatan dengan semakin disiplin.
Pandu menuturkan lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di sejumlah provinsi bukan lagi sekadar alarm tapi harus bersiap untuk kemungkinan kondisi yang lebih buruk ke depannya akibat peningkatan kasus COVID-19.
Menurut dia, Indonesia hanya tinggal menunggu giliran akan mengalami tsunami COVID-19 atau lonjakan kasus COVID-19 di mana beberapa negara di dunia sudah mengalami lonjakan kasus signifikan. “Ini bukan alarm, kita harus siap siaga semua negara sudah mengalami lonjakan kok. Malaysia sudah, Thailand sudah, kan tinggal sebentar lagi Indonesia, kan tinggal nunggu giliran dari India terus negara tetangganya Nepal, Bangladesh, Malaysia, Thailand, nah Indonesia ini sebentar lagi habis lebaran ya kita siap-siap,” ujarnya.
Pandu mengatakan kesiapsiagaan itu berupa penanganan COVID-19 terutama dari segi medis dan 3T (testing, tracing, treatment). Rumah sakit, alat-alat kesehatan, tempat tidur, tabung oksigen dan sebagainya harus benar-benar disiapkan agar tidak terjadi kekurangan saat lonjakan kasus terjadi.
Ia mengungkapkan, ancaman yang terjadi adalah lonjakan kasus secara bersamaan yang ketika itu terjadi, maka fasilitas kesehatan di daerah-daerah tidak akan mencukupi. Oleh karena itu, yang harus dilakukan pemerintah Indonesia adalah mengantisipasi penanganan COVID-19 dari segi kesiapan medisnya. “Persiapan semuanya, kalau perlu oksigen juga dipersiapkan, jangan sampai kekurangan oksigen, orang kan butuh nafas, kalau sudah kena COVID berat itu sesak nafas.
Kayak di India sampai kehabisan oksigen, rumah sakit pada penuh semuanya tidak ada ambulans, semuanya pakai bajaj, tabung oksigennya ada di bajaj, kayak gitu lah sampai begitu mengenaskan. Kalau lihat di Malaysia sekarang semua tempat-tempat gedung itu kan langsung diubah menjadi tempat penampungan,” ujar Pandu. (Kmb/Balipost)