Anak Agung Putu Agung Suryawan Wiranatha, Ph.D.. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Jangan pernah mengabaikan protokol kesehatan (prokes) COVID-19. Sebab, virus corona itu amat membahayakan dan nyata adanya.

Jika ada gejala terpapar, cepatlah periksakan diri. Makin awal diketahui, akan makin cepat mendapat penanganan.

Terlebih belakangan muncul COVID-19 varian baru, kewaspadaan mesti ditingkatkan dengan menerapkan prokes yang ketat. Ketika ada yang mengatakan bahwa COVID-19 tidak ada, itu jelas keliru.

Sebab virus ini nyata adanya, seperti diakui penyintas Anak Agung Putu Agung Suryawan Wiranatha, Ph.D. dan Ketut Suparsa, M.T., belum lama ini.

Anak Agung Suryawan yang Ketua Paiketan Krama Bali mengaku, satu keluarganya sempat terpapar COVID-19 pada Juli 2020 lalu. Ia bersama istrinya Dr. Ir. IGA Oka Suryawardani dan putranya, dr. AA Raditya harus berjuang melawan virus tersebut di RS PTB Unud selama beberapa hari.

Baca juga:  Jadikan Desa Adat Mandiri dan Berkepribadian

Gejala awal yang dirasakan Agung Suryawan berupa panas badan, meriang dan kehilangan rasa pengecapan dan penciuman. Sedangkan istrinya merasakan ngilu dan mual-mual.

Dengan melakukan terapi di rumah sakit dan tetap menjaga pola makan yang sehat, dan berusaha menjaga pikiran agar jangan sampai stres, mereka akhirnya sembuh dan bisa kembali melaksanakan tugas sehari-hari. Karena itu kata Agung Suryawan, jangan mengabaikan prokes.

Baca juga:  Dari Istri Ferdy Sambo Diperiksa hingga Bali Pusat Kesehatan Internasional

Agar imun tubuh tetap fit, asupan makanan sehat harus diperhatikan. ‘’Kalau ada gejala awal terpapar covid-19, jangan stres. Cepat lakukan pengecekan ke rumah sakit, jangan sampai terlambat,’’ kata Agung Suryawan yang dosen Unud tersebut.

Sedangkan Ketut Suparsa yang sehari-harinya Kepala SMKN 1 Denpasar bersama istrinya Nyoman Ayu Sabrini harus berjuang melawan covid-19 di RS Bali Mandara beberapa hari sejak 21 Februari 2021. Suparsa merasakan gejala awal berupa panas badan, batuk kering dan pegal-pegal serta kehilangan rasa penciuman.

Dinyatakan sembuh pada 4 Maret 2021, Suparsa melakukan karantina mandiri di rumah selama dua minggu. ‘’COVID-19 itu nyata adanya. Kami adalah mantan penderita Covid-19. Sakitnya bukan main saat terpapar. Karena itu jangan pernah abai terhadap prokes. Terlebih belakangan ini muncul varian baru COVID-19,’’ ujarnya.

Baca juga:  Desa Tembok Mulai Terpapar Abu Vulkanik Gunung Agung

Selain selalu memakai masker, harus rajin cuci tangan dan menjaga jarak dengan mengurangi kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan. ‘’Kalaupun kita sudah divaksin lengkap, mesti tetap menerapkan prokes, sampai penyebaran Covid-19 dinyatakan berhenti,’’ katanya.

Sebagai pimpinan sekolah, Suparsa berharap pandemi ini segera berlalu, sehingga siswa bisa belajar tatap muka kembali. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *